Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Selasa, 14 Desember 2010

Tersangka Teroris Abu Tholut alias Mustofa

Siapkan Kekuatan Bersenjata
Rabu, 15 Desember 2010 | 03:57 WIB
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Kepala Polda Jawa Tengah Inspektur Jenderal Edward Aritonang (kedua dari kanan) dan anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri mengawal ketat tersangka kasus terorisme, Abu Tholut, keluar dari Markas Kepolisian Resor Kota Besar Solo, Jawa Tengah, Selasa (14/12). Sebanyak lima tersangka, yang ditangkap di sejumlah daerah, beserta barang bukti kasus terorisme dibawa ke Jakarta dengan pengawalan ketat melalui Bandara Adi Soemarmo, Boyolali.

Surakarta, Kompas - Residivis perkara tindak pidana terorisme, Abu Tholut alias Mustofa, yang ditangkap di Kudus, Jawa Tengah, diduga berperan sebagai orang yang menyiapkan kekuatan bersenjata kelompok teroris.
Kekuatan bersenjata itu diduga tidak hanya terkait pelatihan militer di Aceh, tetapi juga di beberapa tempat lain, seperti Jawa Tengah dan Sulawesi Tengah.
Hal itu diungkapkan Petrus Reinhard Golose dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dalam jumpa pers di Kepolisian Kota Besar Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (14/12). Hadir dalam acara itu Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Inspektur Jenderal Edward Aritonang dan Kepala Divisi Humas Kepolisian RI Inspektur Jenderal Iskandar Hasan.
Abu Tholut ahli persenjataan. Ia bersama Dulmatin, Abdullah Sonata, dan Ubaid membuat pelatihan di Jantho, Aceh. Mereka juga menyiapkan pelatihan di Jawa Tengah dan Sulawesi Tengah,” kata Petrus Golose.
Iskandar Hasan mengungkapkan, sejak Jumat dan Sabtu pekan lalu, tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menangkap lima tersangka teroris. Kelima tersangka itu adalah Imron Bayhaqi alias Mustofa alias Abu Tholut, Anwar Efendi, Wardi alias Edi alias Jabal, Sukirno, dan Sri Puji Mulyo Siswanto. Kelima tersangka itu, Selasa siang, dibawa ke Jakarta.
Edward mengatakan, kelompok teroris, termasuk yang tertangkap di Jawa Tengah, adalah kelompok yang sangat kecil. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk mewaspadai kelompok-kelompok radikal.
Kekuatan bersenjata
Menurut Iskandar, Abu Tholut bersama Ubaid dan Dulmatin diduga melaksanakan survei lokasi pelatihan militer di Jantho, Aceh. Abu Tholut menginginkan agar peserta pelatihan itu diikuti anggota Jemaah Ansarut Tauhid (JAT) dan orang lokal di Aceh. Abu Tholut dan Ubaid kemudian melaporkan kegiatan di Aceh kepada Abu Bakar Ba’asyir sebagai amir JAT. Petrus menambahkan, pada tahun 2003, tim Densus 88 Antiteror menemukan ribuan detonator dan amunisi.
”Pertanyaannya, kalau seseorang menyiapkan latihan, tentunya untuk apa?” kata Petrus Golose. Diduga, kekuatan bersenjata yang dibangun Abu Tholut dan tokoh-tokoh lain juga terkait dengan kekuatan jaringan kelompok radikal di Filipina dan Thailand selatan.
Residivis
Petrus Golose menambahkan, ada pola-pola yang berubah dalam aksi terorisme di Indonesia. ”Banyak rekrutmen baru,” katanya. Selain itu, ada pola residivis yang melakukan aksi terorisme kembali.
”Sri Puji Mulyo itu dulu tahanan grup Subur di Semarang yang sangat militan,” kata Petrus Golose. Selain itu, tersangka Abu Tholut juga seorang residivis. Ia pernah ditangkap tahun 2003 dan bebas bersyarat. ”Kemudian, ia merencanakan kegiatan yang lebih besar,” katanya. Residivis lainnya adalah Ubaid dan Abdullah Sonata.
Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo seusai memimpin upacara penutupan pendidikan dan pelantikan perwira Polri sumber sarjana di Akademi Kepolisian Semarang, Selasa, mengatakan, ”Kini teroris beralih mulai dari merampok untuk mencari dana dan mengadakan pelatihan militer.”
Terkait dengan asal-usul senjata yang digunakan teroris, menurut Petrus, ada beberapa sumber, antara lain berasal dari konflik Ambon. ”Banyak senjata Brimob dirampas oleh kelompok yang berafiliasi dengan JI dan Kompak,” katanya.
Selain itu, Dulmatin juga pernah mendatangkan senjata dari Mindanao, Filipina selatan. Banyak senjata juga berasal dari Aceh yang dimasukkan dari Thailand selatan. Senjata-senjata juga berasal dari gudang-gudang senjata Polri dan TNI yang kurang memiliki manajemen pengawasan yang baik.
Saat ini kepolisian masih mencari beberapa tersangka lain, misalnya Zulkarnain yang menjadi tersangka dan buron dalam kasus bom Bali I. Zulkarnain merupakan ahli di bidang intelijen. Selain itu, tersangka lain yang menjadi buronan adalah Umar Patek dan Ridwan alias Iwan.
(DEN/EKI/FER)
Sumber : Kompas.com. Rabu, 15 Desember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.

Cari Blog Ini