Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Rabu, 01 Desember 2010

Yogyakarta Istimewa atau Merdeka!


Yogyakarta Istimewa atau Merdeka!
REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Warga Yogyakarta tampaknya sedang marah pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pangkal persoalannya, apalagi kalau bukan soal keistimewaan Propinsi itu.
Sejumlah elemen masyarakat dari Kawula Ngayogyakarta Hadiningrat pun sampai menuntut permintaan maaf Presiden SBY karena telah mengeluarkan pernyataan bahwa sistem monarki di Yogyakarta bertabrakan dengan konstitusi dan demokrasi.
Pemerintah memang berniat memangkas keistimewaan Yogyakarta yang salah satunya menggusur peran Sultan Yogyakarta sebagai gubernur. Usulan amandemen UU yang mengatur DIY pun sudah dibuat pemerintah dan tinggal menunggu diajukan ke DPR.
Tak hanya menuntut permintaan maaf, dalam aksinya di depan Gedung Agung itu, sejumlah peserta aksi menggunakan seragam tradisional prajurit Kraton. Demonstran yang lain, tampak membawa poster dengan beragam tulisan.
Di antara bunyi poster itu, 'SBY Presiden Soyo Ora Cetho!' (SBY presiden yang semakin tidak jelas), 'Jogja Istimewa Atau Merdeka!!', dan 'Tidak Butuh Demokrasi Ala Kebo'.
Selain itu, dibentangkan pula spanduk bertuliskan 'Selamat Datang di Wilayah Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat'.
Sumber : Republika.co.id.  Kamis 02 Desember 2010
Smaller  Reset  Larger
Warga Yogya Tuntut Presiden SBY Minta Maaf, Bersedia Pak?
Kraton Yogyakarta
REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Sejumlah elemen masyarakat dari Kawula Ngayogyakarta Hadiningrat menuntut permintaan maaf Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), soal kepala daerah Provinsi DI Yogyakarta. SBY sempat mengatakan sistem monarki bertabrakan dengan konstitusi dan demokrasi.

Padahal, sistem pemerintahan di Provinsi DI Yogyakarta kebetulan dipimpin oleh seorang Sultan. Pernyataan SBY itu menjadi sangat sensitif karena Rancangan Undang Undang (RUU) Keistimewaan Yogyakarta memang masih menyisakan tentang bagaimana gubernur di daerah itu dipilih. Apakah melalui penetapan, sehingga Sultan akan terus menjadi gubenur, atau dengan pemilihan langsung oleh rakyat.

''Kami menggugat statement SBY kemarin," ujar Kordinator Kawula Ngayogyakarta Hadiningrat, Sigit Sugito, di depan Gedung Agung, Jalan Malioboro Yogyakarta, Kamis (02/12).

Menurutnya, pernyataan SBY tentang monarki itu bukan slip lidah. Masyarakat Yogyakarta yang kemudian menjadi sangat reaktif terhadap pernyataan itu, bukan dari kesalahan interpretasi. Akan tetapi memang merupakan kesalahan dari presiden.

Menurut Sugito, kelompok yang dipimpinnya itu sangat mendukung penetapan Sultan sebagai Gubernur DI Yogyakarta. "Penetapan adalah bagian dari identitas keistimewaan," katanya.
Kekuatan Yogyakarta adalah dari budayanya, dan budaya itu disimbolkan melalui kepemimpinan seorang Sultan. "Kalau bisa SBY minta maaf. Presiden kan bisa juga salah," tegas Sigit.
Red: Budi Raharjo
Rep: Rosyid Nurul Hakim 
Sumber : Republika.co.id, 2 Desember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.

Cari Blog Ini