Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Rabu, 16 Februari 2011

Kekerasan di Cikeusik


Pemberi Komando Terekam Kamera 'A'
Penulis: Sandro Gatra | Editor: Glori K. Wadrianto
Jumat, 11 Februari 2011 | 16:04 WIB

Dibaca: 41240

 
KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN Perekam Cikeusik Jadi Saksi Seorang berinisial A berusaha menyembunyikan wajahnya dari kejaran wartawan saat berada di Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Jakarta Pusat, Jumat (11/2/2011).
JAKARTA, KOMPAS.com — Pemberi komando dalam penyerangan di Cikeusik, Pandenglang, Banten, terekam kamera video yang diambil oleh A, salah satu saksi kunci. Dalam rekaman itu, dia memberi komando untuk merusak rumah Suparman, mobil, dan menganiaya hingga tiga anggota jemaah Ahmadiyah tewas.
"Orang itu tampangnya jauh lebih tenang yang sikapnya mengomando. Pertama menyerang rumah, mobil, terus serang orang. Itu harus didalami kepolisian," ucap Chairul Anam, salah satu penasihat hukum A di Mabes Polri, Jumat (11/2/2011).
Chairul dari Human Right Working Grup (HRWG) dan perwakilan dari Komnas HAM dan LBH Jakarta datang ke Mabes Polri untuk mendampingi A diperiksa penyidik. Dia datang setelah sempat dicari kepolisian.
Selain terlihat pemberi komando, jelas Chairul, dalam rekaman terlihat warga yang mengenakan pita warna biru, hijau, dan tanpa pita. Rekaman itu, tambahnya, telah diserahkan kepada Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo, kemarin.
Kepala Bareskrim Polri Komjen Ito Sumardi mengatakan, pihaknya tengah meneliti rekaman itu. Ketika ditanya apa maksud dari pita itu, Ito menjawab, "Akan disampaikan setelah kita mendapatkan dari keterangan saksi-saksi apa alasannya memakai pita. Saya kira akan kami sampaikan secara menyeluruh nanti."
Seperti diberitakan, A adalah salah satu dari 17 anggota jemaah Ahmadiyah asal Jakarta dan Serang. Mereka sengaja datang untuk mengamankan aset rumah Suparman. Pegawai negeri sipil di salah satu instansi itu merekam sejak sebelum seribuan orang datang hingga akhir penyerangan.

 
Berita Terkait :
 
Ahmadiyah Diserang
Pasukan Ditarik Sebelum Massa Datang
Penulis: Sandro Gatra | Editor: Hertanto Soebijoto
Jumat, 11 Februari 2011 | 14:09 WIB

Dibaca: 22077


 
AFP PHOTO / HO / HUMAN RIGHTS WATCH Gambar ini diambil
dari rekaman video dalam aksi kekerasan yang terjadi di Cikeusik,
Minggu (6/2/2011).
JAKARTA, KOMPAS.com — Berdasarkan rekaman video yang diambil A, salah satu saksi kunci, kepolisian dinilai sengaja membiarkan aksi penyerangan di Cikeusik, Pandeglang, Banten. Penilaian itu lantaran kepolisian menarik pasukan sebelum sekitar 1.000 orang menyerang pada Minggu (6/2/2011) pagi.
Choirul Anam, penasihat hukum A, mengatakan bahwa A merekam setiap peristiwa mulai sebelum massa datang, perusakan rumah dan mobil, hingga akhir penyerangan. A adalah satu dari 17 anggota jemaah Ahmadiyah asal Jakarta dan Serang yang datang ke rumah Suparman.
Choirul menjelaskan, dalam rekaman terlihat adanya negosiasi antara Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Cikeusik dengan salah satu dari 17 anggota jemaah Ahmadiyah di rumah Suparman sekitar pukul 08.00. Negosiasi itu, katanya, tak menemui titik temu karena kepolisian tak bersedia menjamin aset rumah Suparman.
Rekaman yang penting, dia menambahkan, aparat kepolisian meninggalkan lokasi dengan dua truk sebelum massa datang. Sebelumnya, ucapnya, personel dari dalmas itu datang dengan dua truk dan satu mobil untuk berjaga-jaga di lokasi sejak Sabtu (5/2/2011).
"Yang pasti, mereka (pasukan) enggak mungkin enggak ada komando untuk meninggalkan lokasi," kata Choirul di Bareskrim Polri, Jumat (11/2/2011). Dia datang untuk mendampingi A menjalani pemeriksaan.
Jadi, menurut Anda, ada unsur pembiaran? "Kalau melihat video, ketika eskalasi massa mulai naik polisinya malah pergi," ujar Choirul.
Seperti diberitakan, kepolisian berkali-kali membantah melakukan pembiaran dalam kasus itu. Menurut Polri, ke-17 anggota jemaah Ahmadiyah itu sengaja memprovokasi warga. Mereka juga menolak mengikuti Suparman dan keluarga untuk dievakuasi.
 Sumber : Kompas.com. /Jum'at 11 Februari 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.

Cari Blog Ini