Hilangkan Jejak, Buku Kas JAT Dibakar
Senin, 28 Maret 2011 | 13:38 WIB
Terdakwa kasus terorisme Abu Bakar Baasyir berbincang-bincang dari balik jeruji saat menunggu persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (17/3). Terdakwa dan tim Kuasa Hukum akhirnya memilih tidak mengikuti sidang karena menolak sistem mendengarkan saksi dengan teleconference. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO Interaktif, Jakarta - Bendahara Jamaah Anshorut Tauhid, Joko Daryono alias Toyib, mengaku membakar buku kas JAT. Hal itu dilakukan Toyib menyusul ditangkapnya amir JAT, Abu Bakar Ba'asyir, oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror, 9 Agustus 2010 lalu.
Berita terkait
"Saya khawatir pada Agustus saat Ustad ditangkap, polisi akan cari bukti-bukti. Makanya saya bakar pada September 2010," kata Toyib saat bersaksi untuk Ba'asyir di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin 28 Maret 2011.
Toyib menjelaskan, polisi akhirnya hanya menyita buku tabungan, karena buku kas sukses ia lenyapkan. Ia tak mengelak, jika langkah tersebut dilakukan karena khawatir diketahui mendistribusikan duit ke Lutfi Haidaroh alias Ubaid, dan Ba'asyir.
Saat ditanya jaksa mengenai detail keuangan JAT, Toyib mengaku tak ingat betul. Ia sekadar menjelaskan, total duit yang masuk ke kas JAT lebih dari Rp 500 juta. Duit itu ia ketahui hanya bersumber dari Ba'asyir, dan perintah pencairannya pun selalu turun dari pendiri Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo.
Ba'asyir kemudian menanyakan kepada Toyib, apakah mengetahui peruntukan kas JAT. Toyib pun menjawab tak tahu. "Jadi memang semua yang keluar itu penggunaannya untuk apa anda pasti tidak tahu, kan? Itu untuk fisabilillah, amar makruf nahi munkar," jelas Ba'asyir.
Toyib menjelaskan, polisi akhirnya hanya menyita buku tabungan, karena buku kas sukses ia lenyapkan. Ia tak mengelak, jika langkah tersebut dilakukan karena khawatir diketahui mendistribusikan duit ke Lutfi Haidaroh alias Ubaid, dan Ba'asyir.
Saat ditanya jaksa mengenai detail keuangan JAT, Toyib mengaku tak ingat betul. Ia sekadar menjelaskan, total duit yang masuk ke kas JAT lebih dari Rp 500 juta. Duit itu ia ketahui hanya bersumber dari Ba'asyir, dan perintah pencairannya pun selalu turun dari pendiri Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo.
Ba'asyir kemudian menanyakan kepada Toyib, apakah mengetahui peruntukan kas JAT. Toyib pun menjawab tak tahu. "Jadi memang semua yang keluar itu penggunaannya untuk apa anda pasti tidak tahu, kan? Itu untuk fisabilillah, amar makruf nahi munkar," jelas Ba'asyir.
ISMA SAVITRI
Sumber : Tempo interaktif./Senin, 28 Maret 2011
http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2011/03/28/brk,20110328-323329,id.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.