Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Senin, 16 Mei 2011

Teroris : Di Balik Jihad Ada Politik, Sebuah Disertasi

REPUBLIKA.CO.ID,AMSTERDAM--"Radikalisasi di Indonesia Tumbuh dari Kemarahan dan Instabilitas Politik." Itulah judul artikel di koran Belanda NRC Handelsblad.Sejarah kehidupan 10 orang muslim radikal yang mendekam di penjara membuahkan sebuah disertasi yang luar biasa mengenai Islam radikal di Indonesia. Jumat ini Mohammad Najib Azca, seorang antropolog asal Indonesia, akan mempertahankan disertasinya yang berjudul After Jihad - A Biographical Approach to Passionate Politics in Indonesia, di Universitas Amsterdam.
Dalam bukunya ia merekonstruksi sejarah kehidupan 10 pemuda Indonesia yang antara tahun 1998 hingga 2000 menjadi pengikut jihad untuk berjuang dalam "perang suci" antara muslim dan kristen di Sulawesi dan Ambon. Bagaimana pilihan untuk menjadi jihadis mengubah total kehidupan mereka.
"Azca memisahkan antara ketaatan politik dan aktivitas jihadis. Aktivis yang taat biasanya mencoba mengajarkan pada orang bagaimana menjadi seseorang yang bertanggung jawab moral. Sementara aktivis islam politik memperjuangkan agar hukum syariah dilaksanakan. Dan itu bisa dilakukan sesuai jalur hukum atau dengan kekerasan. Sementara Jihadis, mendasari tindakan pada penjelasan ayat-ayat Al-Quran. Menurut mereka adalah kewajiban setiap muslim untuk memberantas kaum kafir," tulis NRC Handelsblad.
Menurut Najib Azca, emosi juga memainkan peranan penting. Menurutnya selama ini orang berpikir bahwa para aktivis itu orang-orang yang rasional. Tetapi para informannya justru menjadi jihadis melalui proses kognitif dan sejumlah "kejutan moral." Ketika pecah insiden SARA tahun 1998 di Indonesia Timur di mana sejumlah besar muslim dibunuh di Poso dan Tobelo, banyak foto para korban muslim beredar di Jawa. Itu salah satu alasan mengapa banyak orang memutuskan untuk menjadi jihadis.
Ditambahkan, ketika itu Soeharto baru saja dipaksa mundur sebagai presiden. Indonesia mengalami masa perpindahan dari negara otoriter menjadi bentuk yang lain. Banyak politisi dan militer yang mencoba menarik keuntungan dari situasi tidak jelas tersebut. Terjadi banyak insiden antar suku dan agama. Ditambah lagi muslim radikal mulai turun ke jalan mencari dukungan untuk negara Islam di Indonesia.
Keputusan untuk ikut ambil bagian dalam perang jihad, biasanya disebabkan krisis identitas yang dialami sebagian besar para informan. Mereka kebanyakan para mahasiswa dari desa yang merasa tidak dianggap serius di kota. "Jihad adalah sebuah 'usaha untuk mendapatkan identitas' yang harus memecahkan krisis tersebut," demikian Najib Azca.
NRC melanjutkan, sekarang 10 tahun sesudahnya sebagian besar para jihadis ini telah ditangkap atau buron. Tapi para aktivis Islam yang taat masih tetap aktif. Mereka misalnya berkampanye mendukung UU anti-pornografi yang lebih ketat. Sementara sebagian aktivis Islam politik sekarang duduk di DPR.
Najib Azca mengambil contoh PKS. Dengan 7,8% suara, PKS menjadi partai islam terbesar di Indonesia. Partai ini belum melepaskan ideal untuk mengubah Indonesia menjadi negara Islam, tapi lewat jalan demokrasi. 
Ditambahkan ada kemungkinan PKS menjadi lebih moderat. "Lihat saja kongres terakhir mereka dilangsungkan di hotel Amerika berbintang lima. Selain itu banyak dubes asing yang juga diundang," ujar Azca. Demikian NRC Handelsblad.
Sumber: REPUBLIKA.CO.ID /Senin 16 Mei 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.

Cari Blog Ini