Enam Senjata, Baut, dan Gotri Diangkut dari Rumah Teroris
Sabtu, 14 Mei 2011 | 06:57 WIB
Pistol jenis revolver milik Kepala Polsek Moenamani Aiptu Martin Marpaung yang hilang saat perusakan dan pembakaran Polsek Kamuu Moenamani, Kabupaten Dogiyai, Papua, 13 April lalu. Foto: Cunding Levi
Berita terkait
TEMPO Interaktif, Sukoharjo - Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri mengangkut beberapa karung berisi gotri dan baut dari rumah kontrakan terduga teroris di Gang Grogol, Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu 14 Mei 2011 dini hari. Selain itu, ada enam pucuk senapan dan sejumlah buku ikut dibawa.
Penyitaan ini berlangsung setelah pasukan antiteror itu menembak mati tiga orang, salah satunya Nur Iman, pedagang nasi angkringan yang dipastikan menjadi korban salah tembak. Sementara, dua pelaku teroris yakni Sigit Qordhowi dan Hendro Yunianto.
Menurut Purwono, Ketua Rukun Tetangga setempat, petugas bertindak begitu cepat saat penggerebekan. “Saya dibangunkan Pak Lurah, katanya polisi akan menggeledah rumah kontrakan warga,” ujar Purwono.
Karung berisi gotri dan baut, kata dia, ditemukan polisi di sebuah kamar lantai dua. Di dalam kamar itu pula polisi mendapatkan enam pucuk senapan dan sejumlah buku. “Pada ujung baut dipotong, sehingga bentuknya lancip,” kata Purwono, yang mengaku tidak paham jenis senjata yang disita petugas.
Karung berisi gotri dan baut, kata dia, ditemukan polisi di sebuah kamar lantai dua. Di dalam kamar itu pula polisi mendapatkan enam pucuk senapan dan sejumlah buku. “Pada ujung baut dipotong, sehingga bentuknya lancip,” kata Purwono, yang mengaku tidak paham jenis senjata yang disita petugas.
Purwono menambahkan, rumah kontrakan tersebut dihuni Hendro Yunianto dari Cemani, Sukoharjo, sejak tiga bulan lalu. Selain Hendro, satu keluarga yang terdiri dari suami istri juga ikut tinggal di tempat tersebut. “Tapi, yang satunya tidak menyerahkan identitas,” kata Purwono lagi.
Selama ini, Hendro dikenal sebagai pedagang. Namun, tidak banyak warga yang mengenalnya secara dekat. “Dia jarang bergaul dengan warga,” kata salah seorang satu warga, Suprapti.
AHMAD RAFIQSelama ini, Hendro dikenal sebagai pedagang. Namun, tidak banyak warga yang mengenalnya secara dekat. “Dia jarang bergaul dengan warga,” kata salah seorang satu warga, Suprapti.
Sumber :Tempo Interaktif/Sabtu, 14 Mei 2011 | 06:57 WIB
http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2011/05/14/brk,20110514-334433,id.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.