Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Minggu, 04 Maret 2012

Kakek Tunanetra Hidup dari Sangkar Ayam

Abdul Haq | Glori K. Wadrianto | Jumat, 2 Maret 2012 | 08:25 WIB
Dibaca: 14643
|
Share:
KOMPAS.com/ ABDUL HAQ Duma (70), warga Suraetampangeng, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan tetap mampu bekerja menopang ekonomi keluarganya dengan membuat sangkar ayam, meski ia tunanetra.
Foto:
WAJO, KOMPAS.com – Demi menyambung hidup, Duma (70), seorang kakek tunanetra di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, harus bekerja sebagai pembuat sangkar ayam. Meski upah tergolong tak sebanding dengan keringatnya, namun pekerjaan ini harus dilakoni demi menopong kehidupan keluarganya. Setiap hari, Duma harus menganyam bambu untuk membuat sangkar ayam pesanan warga.

Ditemui digubuk kecilnya Jumat, (2/3/2012), Duma terlihat tekun menganyam bambu. Kondisi gubuk yang sempit bukanlah halangan baginya untuk tetap bekerja. Tak jarang sang isteri, Bengnga, turut merapikan kerangka sangkar ayam ini. Pasalnya, kerangka ini harus diukur dengan indera pengelihatan untuk menentukan lingkaran sangkar yang akan dibuat.

Duma mendapatkan upah Rp 15 ribu untuk tiap sangkar yang dianyamnya. Belum lagi biaya bahan dasar bambu yang harus ditanggungnya sendiri, seharga Rp 10 ribu per satu batang bambu. Artinya, Duma hanya mendapatkan hasil Rp 5 ribu per satu sangkar ayam yang dikerjakan dalam tempo tiga hari.

Meski terasa tak sebanding, namun Duma tak memiliki pilihan. “Yah mau diapa tidak ada pekerja lain. Cuma menantuku saja yang bekerja. Itupun kerjanya cuma kuli bangunan, makanya saya bikin ini kurungan ayam," ujar Duma sambil membasuh keringat yang membasahi sekujur tubuhnya.

Duma memang telah mengalami kebutaan sejak 20 tahun yang lalu akibat penyakit katarak, dan tak pernah tertangani oleh medis. Meski demikian, Duma masih tetap memiliki harapan untuk sembuh. “Dulu pernah ada dokter datang periksa. Katanya ini penyakit katarak, dan bisa sembuh kalau dioperasi," ujar Asim, anak Duma. Namun sayangnya segalanya harus terbentur oleh biaya pengobatan rumah sakit.
 sumber: http://regional.kompas.com/read/2012/03/02/08251322/Kakek.Tunanetra.Hidup.dari.Sangkar.Ayam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.

Cari Blog Ini