Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Jumat, 30 Mei 2014

FPI SERANG JEMAAT KRISTEN SEDANG BERIBADAH

FPI SERANG JEMAAT KRISTEN SEDANG BERIBADAH 5/29/2014 ISLAMTOLERAN.COM, SLEMAN - 8 orang anggota Front Pembela Islam (FPI) menyerang rumah Julius (Direktur Galang Press) di daerah Besi/Jalan Kaliurang, Sleman, Jogjakarta. Penyerangan tersebut terjadi saat di rumah Julius tengah diadakan Ibadah doa Rosario bersama dengan warga di sekitarnya, Kamis (29/5/2014). Sebelum kejadian, Julius tengah berada di kantornya di Galangpress, Baciro, Yogyakarta. Sekitar pukul 20.00 WIB ia pulang ke rumah lantaran sang istri menelfon jika ada sekelompok orang mengamuk di rumahnya. Saat sampai di rumah, sekelompok massa yang berjumlah 8 orang itu masih berada di rumah Julius langsung menyerangnya dengan menggunakan potongan besi di bagian bahu dan kepala belakang. Akibatnya, Julius yang tengah mengenakan kemeja putih itu pun berlumuran darah. "Mereka berjumlah sekitar 8 orang dan sudah merusak motor yang diparkir di halaman," kata Julius, Kamis (29/5/2014). Amukan sekelompok orang itu pun tak hanya menimpa Julius saja. Salah satu wartawan dari Kompas TV bernama Michael Aryawan yang tengah mencoba mengambil gambar pun ikut diserang. Ia kena pukul saat merebut kameranya yang dirampas oleh pelaku. Mengalami luka-luka sekitar pukul 12.30 WIB, Julis pun dibawa ke RS Panti Rapih untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanujut untuk mengetahui apakah ada luka serius di bagain batang otak belakangnya pasca dipukul oleh sekelompok massa itu. Akibat amukan itu, sebuah motor yang terparkir di depan rumah di kawasan Perumahan STIE YKPN, Sukoharjo, Ngaglek, Slaman, Jogjakarta itu pun rusak dan kaca jendela rumah juga pecah berantakan. Menurut Julius, ia mengenal dua orang dari pelaku yang mengeroyoknya itu. Dia tinggal tak jauh dari desanya itu. Belum diketahui motif pengeroyokan ini, namun kasus tersebut pun tengah ditangani oleh Polda DI Yogjakarta. Galangpress adalah media penerbit buku yang sukses dan terkenal. Beberapa buku hasil terbitannya diantaranya adalah Gurita Cikeas dan Doas-Dosa Nurdin Halid. Diposkan oleh ANIMASI KARTUN TERPOPULER
sumber :http://www.islamtoleran.com/2014/05/fpi-serang-jemaat-kristen-sedang.html?fb_action_ids=4135985336062&fb_action_types=og.likes&fb_ref=.U4lPHXY8m-4.like&fb_source=aggregation&fb_aggregation_id=288381481237582
Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1 - ....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1 - ....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1 - ....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Jumat, 16 Mei 2014

Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1 - ....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

AMOY KORBAN KEBIADABAN TRAGEDI MEI 1998.

AMOY KORBAN KEBIADABAN TRAGEDI MEI 1998. 14 Mei 1998 adalah hari yang tak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya.. Hari itu (14 Mei 1998), saya berada ditempat kerja saya didaerah Cilandak, Jakarta Selatan. Begitu hari menjelang siang saya mendengar bahwa telah pecah kerusuhan rasial di kota Jakarta, tersiar kabar bahwa sudah banyak gedung2 dan bangunan yang dihancurkan, dibakar, dijarah serta penganiayaan sampai pada pembunuhan, pelecehan, juga pemerkosaan terhadap wanita etnis Tionghoa. Karena khawatir akan keadaan keluarga dirumah, maka saya nekat memutuskan untuk pulang kerumah. Karena situasi kota Jakarta sudah sangat kacau-balau, maka tak satupun sarana angkutan umum yang beroperasi (termasuk ojek), bahkan saluran komunikasi seperti teleponpun terputus tak berfungsi. Beruntung, ada seorang tentara yang bersedia mengantar saya pulang kerumah dengan imbalan uang 40 ribu rupiah. Oleh tentara itu saya diberi helm dan disuruh pakai jaket lorengnya untuk menyamar agar jangan sampai diketahui bahwa saya orang Tionghoa. Dalam perjalanan pulang kerumah dengan dibonceng motor oleh si tentara, saya melihat keadaan kota Jakarta sudah mirip seperti perang., gedung, bangunan, rumah, toko dihancurkan, dibakar, dijarah, konsentrasi massa yang mengamuk begitu banyak dan mengerikan, mereka berteriak-teriak histeris meneriakan 'Allahu Akbar ! Allahu Akbar !', 'Bantai Cina !', ' Hari ini kita makan babi !', 'Perkosa ! perkosa !'.. Lalu lintas tak bergerak, karena massa menyetop setiap kendaraan yang lewat untuk mencari penumpang etnis Tionghoa untuk disembelih atau diperkosa, saya melihat ada satu kendaraan mobil yang dibakar bersama seluruh penumpang didalamnya, karena seluruh penumpangnya adalah orang Tionghoa yang menolak membuka pintu mobilnya.. Kendaraan motor yang saya tumpangi melaju pelan tertahan oleh arus massa yang makin beringas, di jalan Warung Buncit saya melihat pemandangan yang mengenaskan, massa menarik keluar seorang lelaki paruh baya bermata sipit dari tokonya, setelah diseret keluar dari tokonya si engkoh ini langsung dihajar beramai-ramai oleh massa secara sadis, ada yang memukul kepala engkoh ini dengan pipa besi, ada juga yang menghantam perut engkoh ini dengan papan kayu runcing, yang lebih membuat badan saya bergetar hebat, anak si engkoh ini (perempuan umur kira-kira 7 tahunan), juga diseret keluar dari toko, lalu anak perempuan kecil ini dilempar ke aspal jalan raya, secara beramai-ramai massa menginjak-injak bocah perempuan lucu ini dijalan raya aspal sampai usus si anak kecil ini terburai keluar.. Dibalik kaca helm air mata saya terus mengalir deras.. Saya mencengkram kuat bahu si Bapak Tentara diatas motornya agar tidak terjatuh dari atas motor...karena saya tidak kuasa melihat dan merasakan penderitaan mereka yang menjadi korban kekejaman dan kebiadaban para fankui Indonesia. Didepan kantor Imigrasi Jakarta Selatan, saya melihat ada seorang amoy cantik yang meronta-ronta karena hendak ditelanjangi untuk diperkosa, karena si amoy terus melawan, maka salah satu anjing fankui ini hilang kesabarannya, lalu ia menusuk telapak tangan kanan amoy ini dengan obeng, anjing fankui satunya lagi secara beringas dan sadis menonjoki perut amoy yang malang ini, pemandangan biadab ini hilang dari pandangan setelah mereka beramai-ramai menyeret amoy ini kedalam salah satu gedung yang sudah gosong terbakar. Inikah harga sebuah reformasi yang harus dibayar oleh kami (etnis Tionghoa ?) Inikah kesalahan kami karena terlahir dinegeri yang salah ? Inikah sebuah bangsa yang besar yang katanya bangsa yang ramah-tamah ? Inikah buah dari sebuah ajaran agama, yang katanya agama yang indah ? indah apanya ? Air mata kami kering sudah.. Menyesalipun tiada gunanya.. Harapan kami adalah masa depan yang lebih baik, Dimana Indonesia.. Tidak dipimpin oleh Jenderal gila yang tidak punya kemaluan dan rasa malu. NB : Jika Anda peduli, simpati dan ikut berbela-sungkawa pada para korban kebiadaban tragedi Mei 1998, maka sebarkanlah (bagikan) tulisan ini kepada yang lainnya. Ricky Setyadi, Alumni Fakultas Sastra. — bersama Mettha Tya dan 17 lainnya. Foto: AMOY KORBAN KEBIADABAN TRAGEDI MEI 1998. 14 Mei 1998 adalah hari yang tak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya.. Hari itu (14 Mei 1998), saya berada ditempat kerja saya didaerah Cilandak, Jakarta Selatan. Begitu hari menjelang siang saya mendengar bahwa telah pecah kerusuhan rasial di kota Jakarta, tersiar kabar bahwa sudah banyak gedung2 dan bangunan yang dihancurkan, dibakar, dijarah serta penganiayaan sampai pada pembunuhan, pelecehan, juga pemerkosaan terhadap wanita etnis Tionghoa. Karena khawatir akan keadaan keluarga dirumah, maka saya nekat memutuskan untuk pulang kerumah. Karena situasi kota Jakarta sudah sangat kacau-balau, maka tak ada satupun sarana angkutan umum yang beroperasi (termasuk ojek), bahkan saluran komunikasi seperti teleponpun terputus tak berfungsi. Beruntung, ada seorang tentara yang bersedia mengantar saya pulang kerumah dengan imbalan uang 40 ribu rupiah. Oleh tentara itu saya diberi helm dan disuruh pakai jaket lorengnya untuk menyamar agar jangan sampai diketahui bahwa saya orang Tionghoa. Dalam perjalanan pulang kerumah dengan dibonceng motor oleh si tentara, saya melihat keadaan kota Jakarta sudah mirip seperti perang., gedung, bangunan, rumah, toko dihancurkan, dibakar, dijarah, konsentrasi massa yang mengamuk begitu banyak dan mengerikan, mereka berteriak-teriak histeris meneriakan 'Allahu Akbar ! Allahu Akbar !', 'Bantai Cina !', ' Hari ini kita makan babi !', 'Perkosa ! perkosa !'.. Lalu lintas tak bergerak, karena massa menyetop setiap kendaraan yang lewat untuk mencari penumpang etnis Tionghoa untuk disembelih atau diperkosa, saya melihat ada satu kendaraan mobil yang dibakar bersama seluruh penumpang didalamnya, karena seluruh penumpangnya adalah orang Tionghoa yang menolak membuka pintu mobilnya.. Kendaraan motor yang saya tumpangi melaju pelan tertahan oleh arus massa yang makin beringas, di jalan Warung Buncit saya melihat pemandangan yang mengenaskan, massa menarik keluar seorang lelaki paruh baya bermata sipit dari tokonya, setelah diseret keluar dari tokonya si engkoh ini langsung dihajar beramai-ramai oleh massa secara sadis, ada yang memukul kepala engkoh ini dengan pipa besi, ada juga yang menghantam perut engkoh ini dengan papan kayu runcing, yang lebih membuat badan saya bergetar hebat, anak si engkoh ini (perempuan umur kira-kira 7 tahunan), juga diseret keluar dari toko, lalu anak perempuan kecil ini dilempar ke aspal jalan raya, secara beramai-ramai massa menginjak-injak bocah perempuan lucu ini dijalan raya aspal sampai usus si anak kecil ini terburai keluar.. Dibalik kaca helm air mata saya terus mengalir deras.. Saya mencengkram kuat bahu si Bapak Tentara diatas motornya agar tidak terjatuh dari atas motor...karena saya tidak kuasa melihat dan merasakan penderitaan mereka yang menjadi korban kekejaman dan kebiadaban para fankui Indonesia. Didepan kantor Imigrasi Jakarta Selatan, saya melihat ada seorang amoy cantik yang meronta-ronta karena hendak ditelanjangi untuk diperkosa, karena si amoy terus melawan, maka salah satu anjing fankui ini hilang kesabarannya, lalu ia menusuk telapak tangan kanan amoy ini dengan obeng, anjing fankui satunya lagi secara beringas dan sadis menonjoki perut amoy yang malang ini, pemandangan biadab ini hilang dari pandangan setelah mereka beramai-ramai menyeret amoy ini kedalam salah satu gedung yang sudah gosong terbakar. Inikah harga sebuah reformasi yang harus dibayar oleh kami (etnis Tionghoa ?) Inikah kesalahan kami karena terlahir dinegeri yang salah ? Inikah sebuah bangsa yang besar yang katanya bangsa yang ramah-tamah ? Inikah buah dari sebuah ajaran agama, yang katanya agama yang indah ? indah apanya ? Air mata kami kering sudah.. Menyesalipun tiada gunanya.. Harapan kami adalah masa depan yang lebih baik, Dimana Indonesia.. Tidak dipimpin oleh Jenderal gila yang tidak punya kemaluan dan rasa malu. NB : Jika Anda peduli, simpati dan ikut berbela-sungkawa pada para korban kebiadaban tragedi Mei 1998, maka sebarkanlah (bagikan) tulisan ini kepada yang lainnya. Ricky Setyadi, Alumni Fakultas Sastra.
Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1 - ....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1 - ....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Cari Blog Ini