NASIONAL
3 September 2011 | 17:00 WIB
Wikileaks: Polisi danai FPI
Nadia Felicia
Dituduh mendanai FPI sejak lama.
Jumat (2/9) lalu, Wikileaks, situs pembocor rahasia negara mengunggah bocoran arsip kabel diplomatik Amerika Serikat di internet. Salah satu arsip yang diluncurkan menceritakan mengenai hubungan erat antara kepolisian Indonesia dengan kelompok agama Front Pembela Islam (FPI).
Isi dari dokumen rahasia yang dibocorkan Wikileaks menceritakan detail-detail yang bisa memberatkan pemerintah Indonesia.
Salah satu arsip tersebut tertulis adanya kontak antara Badan Intelijen Indonesia (BIN), Yahya Asagaf dengan FPI pada tanggal 19 Februari 2006. Kontak tersebut berisi peringatan kepada kedutaan besar Amerika Serikat untuk Indonesia. Kontak tersebut menyatakan akan adanya demonstrasi FPI mengenai masalah publikasi gambar kartun Nabi Muhammad di Kedubes itu.
Dalam arsip tersebut tercatat, Kepala Kepolisian Negara Indonesia pada saat itu, Sutanto (kini kepala BIN), mendanai FPI untuk meluncurkan serangan tersebut, namun memutus pendanaan setelah mengetahui terjadi kebocoran.
Ketika ditanyakan tuduhan bahwa Sutanto mendanai FPI, Yahya mengatakan, mantan kepala kepolisian itu merasa FPI bisa digunakan sebagai penyerang, seperti tertulis di arsip.
Yahya, dalam arsip tersebut, juga mengakui bahwa "tradisi" Polisi Indonesia dan BIN untuk mendanai FPI sudah terjadi sejak lama.
Tak hanya itu, ada pula beberapa data lain yang mencantumkan sejarah antara kepolisian Indonesia dengan FPI.
Nugroho Djayusman, Kapolda Jakarta juga dituliskan bekerjasama dengan FPI. Nugroho juga pernah diminta bantuan oleh Sutanto untuk membantu menyelesaikan kerusuhan di luar Kedubes AS itu.
Ada pula arsip yang mencantumkan nama Yenny Wahid, putri mantan presiden Abdurrahman Wahid. Di sana disebutkan, Yenny mengakui para tokoh-tokoh yang pernah membentuk dan mendanai FPI, termasuk Nugroho sudah kehilangan kontrol atas grup tersebut. Mereka sudah menciptakan sebuah "monster" yang bergerak independen, seperti dikutip dari The Jakarta Globe.
Tercantum pula pada arsip tersebut, "Meski siapa pun dengan uang bisa menyewa FPI untuk alasan politik, tak ada siapa pun di luar grup yang bisa mengatur kepala FPI, Habib Rizieq."
sumber: http://m.beritasatu.com/index.php/news/detil/5/5171//Wikileaks:-Polisi-danai-FPI
BERITA TERKAIT :
Inilah Alasan FPI Menolak Film '?'
Entertainment * / Senin, 29 Agustus 2011 06:34 WIB
Metrotvnews.com, Jakarta: Front Pembela Islam (FPI) menegaskan akan memerangi film–film yang dianggap merusak akidah umat Islam. Salah satunya adalah film ? (tanda tanya) garapan sutradara Hanung Bramantyo.
Menurut FPI, film '?' menyajikan sejumlah pernyataan dan agenda yang bisa memberi kesan negatif kepada masyarakat. Ada adegan pendeta ditusuk, gereja dibom, restoran China diserang sekelompok masyarakat muslim di Hari Lebaran. Demikian juga sekelompok pemuda muslim bersarung dan berpeci mencerca seorang China yang dibalas dengan bahasa Jawa yang artinya "Dasar Teroris Anjing".
Kesan yang ditampilkan dari adegan tersebut adalah orang Islam itu bengis, biadab dan jahat. Walaupun dalam adegan penusukan pendeta dan pengeboman gereja tidak jelas pelaku dan motifnya, namun dengan rentetan adegan mengarahkan kesan kepada umat Islam. Dalam film itu juga ada cerita tentang Rika yang semula muslimah, kemudian murtad masuk nasrani karena kecewa suami berpoligami.
Rika pun berdalih bahwa kemurtadannya bukan berarti membenci atau pun mengkhianati Tuhan. Sepanjang cerita Rika ditampilkan sebagai sosok yang ideal, toleran, arif dan bijak. Ibu dan anak Rika yang semula menentang kemurtadan Rika, akhirnya bisa menerima. Dalam cerita ini ada narasi : "...semua jalan setapak itu berbeda-beda, namun menuju ke arah yang sama; mencari satu hal yang sama, dengan satu tujuan yang sama, yaitu Tuhan."
Kesan yang ditampilkan dari adegan ini adalah syariat poligami itu buruk karena merusak rumah-tangga dan menyebabkan orang murtad. Demikian juga, murtad itu bukan mengkhianati Tuhan, sehingga tidak apa-apa orang murtad. Rika murtad tapi digambarkan ideal, toleran, arif dan bijak, sehingga orang murtad pantas untuk diterima secara baik.Sikap ibu dan anak Rika yang menentang kemurtadan Rika adalah sikap "tidak toleran", sehingga akhirnya dikalahkan oleh sikap "toleran" dengan menerima kemurtadan Rika. Semua agama benar dan sama menuju Tuhan yang satu (pluralisme).
Dalam film itu juga ada cerita tentang Surya yang bermain drama pada Hari Raya Paskah di gereja dengan peran menjadi Yesus. Sebelum pentas, Surya latihan Yesus disalib di dalam masjid, lalu direstui oleh ustaz yang mengajar di masjid tersebut. Saat pentas di gereja pun banyak orang berpenampilan muslimin dan muslimat yang ikut berpatisipasi menonton dan membagikan bingkisan Paskah kepada jemaat gereja.
Kesan yang ditampilkan dalam adegan ini adalah orang Islam main drama di gereja dan berperan sebagai Yesus tidak masalah. Latihan drama Yesus disalib dalam masjid juga tidak masalah. Orang Islam ke gereja untuk ikut merayakan Paskah pun tidak masalah. Islam ke gereja, Yesus, salib, masjid itu sama saja (pluralisme).
FPI berpendapat teramat banyak adegan yang menuai kontroversi dan patut untuk diperangi karena sudah menyalahi akidah islamiah. Berdasarkan data–data yang dimiliki, FPI mengingatkan umat muslim bahwa Islam sangat menghargai perbedaan keyakinan, tapi menolak pencampur-adukan agama (pluralisme).
FPI mengatakan Islam menolak segala bentuk penodaan terhadap agama apa pun, dan bahwa "murtad" bukan bagian kebebasan beragama tapi merupakan penodaan agama, bahwa "murtad" adalah perbuatan terkutuk dan merupakan dosa besar yang haram dilakukan oleh umat Islam dan pelakunya wajib bertaubat atau dihukum mati.
FPI juga mengingatkan bahwa sepilis (sekularisme, pluralisme dan liberalisme) adalah paham sesat dan menyesatkan serta bukan dari ajaran Islam, bahwa umat Islam haram mencampur-adukan akidah dan ibadah dengan agama apa pun, termasuk merayakan hari besar umat beragama di luar Islam. Dari data-data itulah FPI menyatakan film ? adalah sesat dan menyesatkan.(MI/****)