Hanya Setan yang Takut terhadap
(Salib) Yesus
Oleh RP Jufri Kano, CICM
Sejak kemarin viral di media sosial potongan video ceramah dari seorang tokoh agama tertentu yang membahas secara tidak pantas tentang ‘salib’ (simbol paling sakral dalam agama Kristiani).
Secara pribadi, saya tidak kaget mendengar isi
ceramah seperti ini; mungkin karena telinga saya sudah sering mendengar hal
serupa. Miris memang, tetapi begitu nyatanya yang terjadi. Makanya, saya tidak
mau ikut-ikutan terlalu serius menanggapi isi ceramah itu, apalagi sampai harus
mengumbar ujaran kebencian terhadap si penceramah. Sebab, Yesus, Tuhan yang
saya imani itu, pernah berkata: “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada
orang yang membenci kamu” (Mat. 5:44).
Tentu saja, kita tidak akan memaksa siapapun
untuk menerima salib sebagai simbol yang sakral. Tidak, kita tidak akan pernah
melakukan itu. Tapi, mestinya, jika tidak mau menerima salib sebagai sesuatu
yang sakral, paling tidak jangan juga menjelekkannya. Mungkin itulah yang
membuat banyak orang Kristiani sedikit baperan ketika menonton video yang
berisi ceramah tentang salib itu.
Yang pasti, bagi orang Kristiani, salib
bukanlah suatu peristiwa kebetulan, bukan pula suatu tragedi manusia. Namun
sebaliknya, salib adalah puncak dari rencana ilahi. Salib merupakan
representasi dari instrumen penyaliban Yesus. Itulah sebabnya mengapa salib
menjadi simbol yang paling terkenal dalam kekristenan. Tapi, rasa-rasanya,
mungkin karena terlalu ikonik itu jugalah sehingga sejumlah umat agama lain sering
menolak kehadirannya.
Sekali lagi, bagi umat Kristiani, kematian
Yesus di kayu salib itu bukanlah suatu tanda kekalahan, melain justru
kemenangan. Penderitaan dan wafat-Nya itu memang merupakan suatu ‘kebodohan’
menurut hikmat manusia, tetapi merupakan ‘kemenangan’ menurut hikmat Allah
(lih. 1 Kor 1: 18-31). Di sinilah kita harus paham bahwa dalam hal apapun orang
biasanya mencemooh sesuatu yang tidak dia mengerti. Maka, jika kita berhadapan
dengan orang seperti ini, kita tidak perlu menghujat, apalagi mencaci makinya.
Dia ngomong begitu karena dia tidak mengerti.
Saya sendiri sebetulnya heran juga mengapa ada orang yang begitu alergi atau takut terhadap (salib) Yesus. Setahu saya, dalam Kitab Suci, hanya setan yang takut terhadap Yesus. Diceritakan Injil Lukas, misalnya, bahwa ketika setan itu melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapan-Nya dan berkata dengan suara keras: “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepada-Mu, supaya Engkau jangan menyiksa aku” (Luk. 8:28). Setan itu begitu takutnya terhadap Tuhan Yesus.
Begitu pula yang dialami oleh ketujuh puluh
murid Yesus. Ketika mereka kembali dari perutusan, mereka membawa laporan
kepada Yesus. Mereka berkata: “Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi
nama-Mu.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat
dari langit” (Luk. 10: 17-18).
Ketakutan setan terhadap (salib) Yesus bahkan
pernah divisualisasikan dalam bentuk film. Seorang penulis buku The Vampire
Defanged, Susanah Clements, pernah menuliskan bahwa salib adalah senjata
terbaik untuk melawan vampir; sebab vampir-vampir takut terhadap (salib) Yesus.
Makanya, jangan heran kalau di dalam sejumlah dongeng vampir tradisional, salib
dan simbol-simbol kekristenan lainnya dinilai efektif melawan vampir.
Jadi, saudara-saudaraku, tidak perlu marah dan
jengkel apabila ada orang yang mencemooh (salib) Yesus. Doakan saja mereka.
Mereka membutuhkan doa-doa kita; sebab boleh jadi mereka sedang kerasukan
setan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.