Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Sabtu, 08 Juni 2013

Presiden Hanya Janji soal Toleransi

Ruhut Ambarita | Sabtu, 08 Juni 2013 - 12:26:04 WIB
: 71


(dok/antara)
Rapuhnya budaya kewargaan di kalangan masyarakat memicu rapuhnya kebinekaan di Indonesia.

JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai terlalu banyak mengumbar janji soal komitmen pemerintah melindungi hak warga negara dalam menjalankan ibadah.
Menjaga kebinekaan di Indonesia memang tidak mudah, namun masyarakat jangan terus dibohongi dan dicekoki dengan pelbagai janji.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif, mengatakan, Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki integritas dan moral dalam melindungi kebinekaan. "Namun, sulit diharapkan pada pemimpin saat ini. Terlalu banyak janji," kata Syafii Maarif dalam acara ucapan syukur satu dekade Maarif Institute di Jakarta, Jumat (7/6).

Hadir dalam acara tersebut sejumlah tokoh lintas agama, antara lain dari Islam, Katolik, Kristen, Buddha, dan Hindu. Hadir pula pengusaha, akademikus, dan pemuda. Di tengah menguatnya intoleransi, kata Syafii, masyarakat jangan tiarap untuk menghadapi itu. Justru, kata dia, setiap anak bangsa mesti memberikan kontribusinya sekecil apa pun untuk toleransi umat beragama.

"Kita tidak boleh tiarap menghadapi itu semua. Kita coba apa yang kita bisa," ujarnya.
Ia menambahkan, selama kita menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan ketulusan maka akan terbangun hubungan antarsesama yang harmonis.
Dia merasa heran jika segelintir orang pada saat ini justru mengharamkan kebinekaan dan pluralisme. Ia mengatakan, Soekarno pernah mengutip pernyataan Mahatma Gandhi bahwa kemanusiaan itu satu (humanity is one). "Kalau sudah satu semestinya kita melawan segala macam kezaliman atas nama apa pun," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum Pesekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Andreas Anangguru Yewangoe, mengatakan bahwa menjaga kebinekaan di Indonesia pada saat ini tidak mudah. Namun, kata Andreas, ia masih percaya jika kerukunan autentik itu masih ada di Indonesia.

Sama halnya dengan kebinekaan, menjaga moralitas bangsa tidak mudah. Namun, kata Andreas, masyarakat jangan pula terus-menerus dibohongi dengan pelbagai janji dan komitmen menjaga kebinekaan. "Maarif Institute berfungsi untuk terus-menerus mengingatkan. Dia harus terus berseru," ujarnya.

Direktur Eksekutif Maarif Institute, Fajar Riza Ul Haq, mengatakan bangsa Indonesia tengah mengalami krisis kebinekaan. Situasi itu ditandai dengan meningkatnya intensitas intoleransi, sektarianisme, dan konflik komunal dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Krisis kebinnekaan di Indonesia dipicu tiga faktor utama, yakni penegakan hukum yang lemah bahkan cenderung sektarian, ketimpangan sosial dan ekonomi yang kian melebar sehingga menyisakan persoalan keadilan dan kesejahteraan masyarakat, serta rapuhnya budaya kewargaan di kalangan masyarakat.
Sumber : Sinar Harapan

@ SHNEWS.CO : http://www.shnews.co/detile-20590-presiden-hanya-janji-soal-toleransi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.

Cari Blog Ini