Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Sabtu, 07 April 2012


05.04.2012 11:26

Renungan Jumat Agung, Kerelaan Menderita dan Jalan Pintas

Penulis : Pdt Gomar Gultom   
(foto:SH/Septiawan)
"Mengapa Allah membiarkan penderitaan terjadi pada orang benar? Mengapa orang yang berusaha untuk jujur, hidup polos dan apa adanya justru acap jatuh dalam kemiskinan?" Mungkin demikian pertanyaan yang bisa muncul dalam benak kita.
Sebaliknya juga muncul pertanyaan, "Mengapa orang-orang fasik, sungguh makmur hidupnya? Mengapa orang yang menghalalkan tipu muslihat dan ketidakjujuran justru bisa kaya?"
Barangkali pertanyaan seperti ini juga muncul saat murid-murid menyaksikan kematian Yesus di kayu salib. Itu juga yang menjadi pertanyaan Yesus sendiri, "Bapa, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"
Narasi pra-Paskah mengungkapkan tercerai-berainya para murid setelah kematian Yesus, sesuatu yang bagi saya sangat manusiawi. Pastilah ada semacam keputusasaan sepeninggal Yesus. Dalam suasana kalut seperti itu, bukan tak mungkin muncul pertanyaan, apakah Allah telah kalah?
Ada kalanya kita juga mengalami hal yang kurang lebih sama. Pada saat kenyataan yang kita hadapi jauh dari apa yang diharapkan, tak jarang kita merasa bahwa Tuhan tak lagi mendengar doa kita; Tuhan entah berada di mana.
Ujung-ujungnya adalah keputusasaan. Dalam salah satu dramanya, Arifin C Noer dengan gamblang meneriakkan protes: "Desa telah mengusir kita, kota telah mengusir kita; apakah langit juga akan mengusir kita?"
Pada saat seperti inilah orang dengan mudah jatuh pada jalan pintas. Dengan menginjak hati nurani, mengejar kesempatan untuk memperoleh penghasilan secara cepat dengan prosedur yang tidak wajar; menghalalkan semua cara dan tanpa sedikit pun merasa bersalah atas apa yang telah dilakukan.
Semuanya berakar dari anggapan bahwa Tuhan toh sudah tak ambil peduli dalam kehidupan ini, atau paling tidak: Dia telah kalah berhadapan dengan dunia ini.
Maka tak usah heran dengan maraknya korupsi di republik ini, maraknya sikut-menyikut di antara elite politik dan maraknya ketidakpedulian dalam diri para pemimpin negeri, asal kepentingannya dan kelompoknya terjamin. Hati nurani entah ditempatkan di ruang mana.
Tuhan Hidup
Dalam keadaan seperti itu, kita makin sulit saja mengenal Tuhan dan sulit mendengar suaranya. Tak usah heran jika makin banyak saja orang yang mengikuti gagasan Sartre, seorang filsuf Prancis di abad modern ini, yang dengan gigih mengatakan bahwa Tuhan sudah mati.
Dia mengatakan bahwa dulu Allah memang pernah berbuat, dulu memang Dia berfirman kepada umat Israel. Tapi itu dulu. Ia kini telah mati. Dia tak lagi mendengar, Dia tak lagi berbuat, Dia tak lagi berfirman. Dia telah mati.
Adalah Martin Buber, seorang filsuf eksistensialis Yahudi yang mengatakan, bukannya Tuhan yang telah mati, melainkan mata dan telinga Sartre yang sudah buta dan tuli sehingga dia tidak lagi sanggup melihat dan mendengar perbuatan dan suara Tuhan.
Roh zaman ini memang begitu mudah membutakan mata memekakkan telinga manusia sehingga hati nurani tak lagi bersuara. Ini pada giilirannya membuat manusia tak lagi sanggup melihat karya nyata Tuhan dan mendengar suara-Nya.
Apalagi ternyata, jalan yang Allah tentukan bagi kehidupan di dunia ini memang acap sangat sulit dimengerti oleh akal budi manusia. Demikian pun narasi pra-Paskah yang mengungkapkan jalan penderitaan yang Allah tempuh dalam melepaskan manusia dari maut: Salib Kristus.
Tetapi ternyata segalanya tidak berakhir di kayu salib. Bahwa salib harus dilalui, ya, tapi itu bukan kata akhir. Ternyata Yesus bangkit!
Oleh karena itu, setiap kita merayakan Paskah, baiklah kita ingat dan renungkan, Kristus telah bangkit dan dengan itu kita juga dibangkitkan dari kecenderungan kita ke arah kematian. Kita dibangkitkan untuk menatap ke masa depan dengan kehidupan yang diperbaharui.
Sengsara dan kematian Kristus telah menawarkan keselamatan bagi umat manusia. Dan bagi mereka yang bersedia ikut ambil bagian dalam penderitaan Kristus, dengan kerendahan hati dan penyerahan penuh, seperti halnya penjahat di sebelah kanan-Nya, Kristus menjanjikan: "Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus".
Rela Menderita
Dengan pengharapan akan keselamatan itulah mestinya kita kini berjuang memberitakan keselamatan dari Kristus bagi dunia ini, walau untuk itu kita harus menderita dan diejek oleh dunia.
Kita harus sedia dan tetap setia memikul salib masing-masing untuk Dia yang telah memikul salib bagi keselamatan kita semua. Jalan yang Allah tempuh dalam menyelamatkan dunia ini adalah menyingkapkan wajah-Nya dalam wajah kemanusiaan: menderita.
Dengan itulah umat manusia diajak untuk membaharui kemanusiaan, walau untuk itu harus membayar dengan jalan penderitaan. Hanya dengan spirit seperti itu kita mampu menghadapi kecenderungan jalan pintas: korupsi, pencapaian kekuasaan dengan mengorbankan orang lain, ketidaksetiaan pada hukum, dan lainnya.
Dengan keselamatan itu pulalah kita harus memandang segala hal dalam hidup ini secara baru. Dengan harapan pada kemenangan Kristus itulah kita meletakkan segala persoalan dan masalah yang kita hadapi. Pengharapan demikian akan membawa kita untuk membangun kehidupan yang lebih berarti.
*Penulis adalah Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia.
 Sumber :http://www.sinarharapan.co.id/content/read/renungan-jumat-agung-kerelaan-menderita-dan-jalan-pintas/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.

Cari Blog Ini