Rompi anti peluru telah lama dikembangkan dan digunakan dalam dunia
militer untuk mengurangi jumlah korban yang jatuh pada tentara atau
petugas yang menghadapi baku tembak. Fungsinya jelas, yaitu untuk
melindungi tubuh dari peluru atau proyektil kecil lainnya yang keluar
dari senjata api. Kemungkinan prinsip awal rompi anti peluru diilhami
dari baju zirah yang digunakan prajurit pada abad pertengahan.
Pada masa itu, untuk mengurangi luka sayatan atau tusukan pedang atau
bahkan luka akibat terjangan anak panah, para ksatria kerajaan (
knight) memakai baju dari besi. Sayangnya dengan perkembangan senjata
api, perlindungan seperti ini menjadi tidak bermanfaat lagi. Maka
dikembangkanlah baju pelindung untuk mementahkan serangan senjata api
yang kita kenal dengan sebutan rompi anti peluru. Menurut jenisnya,
rompi anti peluru dibedakan menjadi dua, yaitu soft body armor dan hard
body armor.
Soft Body Armor
Dalam tugas keseharian atau dalam tugas penyamaran polisi lebih
mengutamakan rompi anti peluru yang ringan. Soft body armor umumnya
terbuat dari serat Aramid. Material ini ditemukan tahun 1964, oleh
Stephanie Kwolek, seorang ahli kimia berkebangsaan Amerika, yang
bekerja sebagai peneliti pada perusahaan DuPont.
Aramid adalah kependekan dari kata aromatic polyamide. Aramid memiliki
struktur yang kuat, alot, memiliki sifat peredam yang bagus, tahan
terhadap asam dan basa, selain itu dapat menahan panas hingga 370° C,
sehingga tidak mudah terbakar. Karena sifatnya yang demikian, aramid
juga digunakan di pesawat terbang, tank, dan roket. Produk aramid yang
dipasarkan dikenal dengan nama Kevlar.
Kevlar memiliki berat yang ringan, tapi 5 kali lebih kuat dibandingkan
besi. Satu lapisan Kevlar tebalnya kurang dari 1 mm, umumnya standar
rompi anti peluru terdiri hingga 32 lapisan dan beratnya bisa mencapai
10 kg.
Hard Body Armor
Dengan menambahi soft body armor dengan lapisan tertentu, dapat
dihasilkan hard body armor. Umumnya lapisan terbuat dari keramik,
lempengan logam atau komposit. Bentuknya yang tebal dan berat
menjadikannya tidak nyaman digunakan, hingga jarang dikenakan dalam
tugas keseharian. Hanya dalam tugas khusus yang beresiko tinggi,
seperti operasi militer atau operasi tim khusus.
Prinsip Kerja Rompi Anti Peluru
Prinsip kerjanya adalah dengan mengurangi sebanyak mungkin lontaran
energi kinetik peluru, dengan cara menggunakan lapisan-lapisan kevlar
untuk menyerap energi laju tersebut dan memecahnya ke penampang rompi
anti peluru yang luas, sehingga energi tersebut tidak cukup lagi untuk
membuat peluru dapat menembus rompi anti peluru.
Analoginya seperti laju bola yang dapat ditahan oleh jaring gawang.
Jaring gawang terdiri dari rangkaian tali yang saling terhubung satu
sama lain. Apabila bola tertangkap oleh jaring gawang, maka energi
kinetik bola tersebut akan diserap oleh jaring gawang, yang menyebabkan
tali di sekitarnya bertambah panjang dan kemudian tekanan tali akan
dialirkan ke tiang gawang.
Dalam menyerap laju energi peluru, kevlar mengalami deformasi yang
menekan ke arah dalam, tekanan kedalam ini akan diteruskan sehingga
mengenai tubuh pengguna. Batas maksimal penekanan kedalam tidak boleh
lebih dari 44 mm. Jika batasan tersebut dilewati, maka pengguna rompi
anti peluru akan mengalami luka dalam yang tentunya akan membahayakan
keselamatan jiwa.
Anggapan bahwa pemakai rompi anti peluru dapat terhindar sepenuhnya
dari cidera yang dihasilkan oleh tembakan adalah salah. Perlu ditekankan
sekali lagi, bahwa fungsi utama rompi anti peluru hanyalah untuk
menahan peluru. Sehingga peluru tidak sampai masuk ke dalam tubuh
pemakai rompi anti peluru.
Tidak jarang akibat tekanan yang ditimbulkan peluru tadi, pemakai
rompi anti peluru akan menderita luka memar hingga patah tulang.
Tentunya cidera juga tergantung dari jenis rompi anti peluru yang
digunakan. Ini menunjukkan bahwa istilah rompi anti peluru ( bullet
proof vest) tidaklah tepat, istilah yang benar adalah rompi balistik (
ballistic vest) .
Level Rompi Balistik
Standar rompi balistik yang paling banyak digunakan adalah standar NIJ (
National Institute of Justice) Amerika. Berdasarkan standar ini, rompi
balistik dibagi menjadi beberapa tingkatan ( level) , yaitu level I,
II-A, II, III-A, III, dan IV. Level I adalah tingkatan yang
terendah, rompi balistik hanya dapat menahan peluru yang berkaliber
kecil. Lengkapnya lihat gambar di atas. Mulai level III rompi balistik
akan dilengkapi dengan lempengan besi, sehingga mampu untuk menahan
shotgun.
Dengan menggunakan material yang sekarang, makin tinggi tingkat
keamanan yang diberikan, maka akan semakin tebal dan berat rompi
balistik yang harus dikenakan. Ini tentunya merupakan kekurangan dari
material tersebut. Atas dasar ini, pihak ilmuwan dan militer masih
mengembangkan material baru yang lebih ringan dan juga lebih kuat.
Rompi anti-peluru adalah pakaian pelindung untuk meminimalkan cidera
karena terkena peluru. Biasanya dipakai oleh personil militer dan polisi
dalam tugas-tugas tertentu. Bahan untuk rompi anti-peluru diantaranya
logam ( baja atau titanium) , keramik atau jenis polimer yang dapat
memberikan perlindungan ekstra terhadap bagian-bagian vital pemakainya.
Rompi ini melindungi pemakainya dengan cara menahan laju peluru. Peluru
dihentikan sebelum berpenetrasi ke dalam tubuh. Ketika rompi menahan
penetrasi peluru, dorongan dari peluru direduksi dengan menyebarkan
momentumnya ke seluruh tubuh. Pemakai tetap akan merasakan energi
kinetik dari peluru, hal ini dapat menyebabkan luka memar, bengkak
atau luka dalam yang cukup serius.
Salah satu polimer yang dikembangkan sebagai bahan rompi anti-peluru
modern adalah kevlar. Kevlar dikenal juga sebagai twaron dan
poli-parafenilen tereftalamida, yaitu suatu serat sintetik yang
kekuatannya lima kali kekuatan tembaga, dengan berat yang sama. Kevlar
sangat tahan terhadap panas dan terdekomposisi di atas 400 oC tanpa
meleleh. Kevlar ditemukan oleh perusahaan DuPont pada awal 1960-an,
hasil kerja dari Stephanie Kwolek. Kevlar merupakan merk dagang yang
terdaftar oleh E.I. de Pont de Nemours and Company.
Sifat-sifat
Kevlar adalah salah satu tipe aramida, yang terdiri dari rantai
panjang polimer dengan orientasi paralel. Aramida sendiri merupakan
suatu serat sintetik yang berupa rantai panjang poliamida sintetik
dengan paling sedikit 85 persen sambungan amidanya menempel secara
langsung pada dua rantai aromatik ( gugus amida dan gugus aromatik
berselang-seling) . Kekuatan kevlar diperoleh dari ikatan hidrogen
intra-molekuler dan interaksi tumpukan aromatik-aromatik antar lembaran.
Interaksi-interaksi ini lebih kuat daripada interaksi Van der Waals
yang terdapat dalam polimer-polimer sintetik lain dan serat-serat
seperti dyneema ( serat yang terbuat dari rantai polietilena yang sangat
panjang, yang tersusun searah) . Keberadaan garam-garam dan impuritis
lain, biasanya kalsium, dapat mengganggu interaksi pada lembaran
polimer dan harus dihilangkan dalam proses produksi. Kevlar terdiri dari
molekul-molekul yang relatif rigid, yang membentuk struktur seperti
lembaran-lembaran datar pada protein sutra.
Dari sifat-sifat tersebut diperoleh serat dengan kekuatan mekanik yang tinggi dan tahan terhadap panas.
Kevlar mempunyai gugus-gugus bebas yang dapat membentuk ikatan hidrogen
pada bagian luarnya, sehingga dapat mengabsorp air dan mempunyai sifat
‘ basah’ yang baik. Hal ini juga menjadikannya terasa lebih alami dan ‘
lengket’ dibandingkan dengan polimer pada umumnya, seperti polietilen.
Kelemahan utama dari kevlar adalah dapat terdekomposisi pada kondisi
basa atau ketika terpapar klorin. Meskipun dapat mendukung tensile
stress yang besar, kevlar tidak cukup kuat di bawah tekanan kompresif.
Untuk mengatasi masalah ini, kevlar sering digunakan secara bersama
dengan bahan yang kuat terhadap tekanan kompresif.
Produksi
Kevlar disintesis dari monomer 1, 4-fenildiamin ( para-fenilendiamin)
dan tereftaloil klorida. Hasilnya adalah polimer aromatik amida (
aramida) dengan cincin benzena dan gugus amida yang berselang-seling.
Dengan langkah produksi ini, diperoleh lembaran polimer yang tergabung
secara acak. Untuk membuat kevlar, bahan-bahan dilarutkan dan diaduk,
menghasilkan rantai polimer yang berorientasi membentuk serat.
Kevlar berharga mahal karena sulitnya pemakaian asam sulfat pekat dalam
produksinya. Kondisi yang ekstrim ini dibutuhkan untuk menjaga
ketaklarutan polimer yang tinggi dalam larutan selama sintesis dan
pengadukan.
Bahan anti-peluru lain yang dikembangkan setelah kevlar diantaranya
DSM’ s Dyneema, Akzo’ s Twaron, Toyobo’ s Zylon ( yang kontroversial,
studi terbaru melaporkan, bahan ini terdegradasi dengan cepat sehingga
pemakainya tidak terlindungi seperti yang diharapkan) , atau
Honeywell’ s GoldFlex – semuanya merupakan merk dagang. Bahan-bahan yang
baru ini lebih ringan, tipis, dan lebih tahan dibanding kevlar,
namun harganya lebih mahal.
Proses Bagaimana Sebuah Peluru Ditembakkan
Sebelum anda membaca Proses Bagaimana Sebuah Peluru Ditembakkan ini
lebih jauh, sebaiknya anda terlebih dahulu memahami bagian-bagian dari
peluru. Sebuah peluru terdiri dari beberapa bagian yaitu proyektil
peluru ( anak peluru) , selongsong peluru, mesiu, dan primer.
Keseluruhan rangkaian ini disebut amunisi. Istilah " peluru "
sebenarnya hanya mengacu pada bagian proyektil dari amunisi tersebut,
atau anak peluru yang ditembakkan, dan bukan keseluruhan dari amunisi
tersebut.
Selongsong peluru adalah benda yang merupakan wadah yang yang
membungkus proyektil peluru dan terdiri dari propelan ( biasanya bubuk
mesiu) , rim, dan primer. Bubuk mesiu berfungsi sebagai pencetus
ledakan yang mendorong proyektil peluru dengan energi kinetik.
Selongsong peluru sendiri baru dikenal pada penggunaan amunisi senjata
api modern.
Sebuah selongsong yang berisi propelan tanpa menggunakan proyektil
peluru disebut peluru hampa atau peluru kosong, di mana saat primer
terpukul, hanya akan terdengar suara ledakan tanpa adanya proyektil
yang ditembakkan senapan. Peluru hampa umumnya digunakan saat
dibutuhkannya suara dan kilatan senjata api, tanpa proyektil yang
berbahaya, misalnya untuk latihan militer, dalam pengambilan gambar
film, dan pada pistol penanda pada olahraga balap lari. Walaupun tidak
berisi anak peluru, peluru hampa tetap berbahaya. Peluru hampa dapat
menyebabkan kematian bila ditembakkan ke seseorang pada jarak yang
dekat. Pemeran film Brandon Lee dan Jon-Erik Hexum tewas karena senjata
api yang menggunakan peluru hampa.
Terdapat satu lagi jenis amunisi khusus lainnya yaitu peluru karet.
Peluru karet adalah proyektil yang terbuat dari karet, atau yang
dilapisi karet, yang ditembakkan dari senjata api. Peluru karet
digunakan sebagai senjata tidak mematikan, namun tetap dapat menembus
kulit manusia. Peluru karet tetap dapat menyebabkan kematian apabila
digunakan pada jarak dekat atau terkena bagian vital seperti kepala.
Peluru karet, bersama dengan peluru plastik, lilin, dan kayu,
digunakan pada saat kerusuhan atau unjuk rasa. Pertama kali
diperkenalkan oleh pemerintah Amerika Serikat guna menghadang demonstran
anti perang Vietnam pada tahun 60-an.
Bagaimana Proses Sebuah Peluru Ditembakkan
Selongsong peluru bersifat kedap udara dan akan mengunci ruang
pembakaran amunisi dari segala arah kecuali pada bagian bawah selongsong
tersebut.
Ketika pelatuk senapan ditarik, pin pemicu tembakan akan memukul primer dan memicunya.
Percikan api akan terjadi akibat pukulan pin pada primer dan akan membakar gas pada bubuk mesiu.
Gas yang terbakar dari bubuk mesiu mendorong proyektil peluru lepas dari selongsong-nya.
Setelah peluru terlepas, tekanan pada selongsong akan hilang
menjadikan selongsong tersebut terlontar keluar dari ruang pembakaran.
Satu dasawarsa terakhir factor keamanan menjadi suatu hal yg sangat didambakan oleh seluruh masyarakat Jakarta.
Jakarta merupakan Kota terpadat dan termajemuk di Indonesia, yang juga
merupakan kota yg paling tinggi tingkat kriminalitasnya , mungkin
tidak hanya tertinggi di Indonesia , akan tetapi di seluruh Asia
tenggara.
Selain tingkat kriminilitas yang tinggi , Jakarta yang merupakan pusat
pemerintahan Negara Indonesia , juga merupakan target utama bagi
gerakan gerakan teroris , baik teroris lokal maupun internasi-onal guna
menggoncang kestabilan keamanan negara maupun guna tujuan- tujuan
politik sekala international , yg di tahun tahun terakhir begitu
dahsyatnya menggoncang kota Jakarta .
Kasus kedubes filipina, kasus malam Natal 2001 , kasus Hotel
Ma-rriot, dan terakhir beberapa saat yg lalu kedubes Australia yang
digoncang Bom berkekuatan tinggi yg memporak porandakan gedung
sekitarnya yang beradius 500 meter dan merengut nyawa orang-orang yg tak
berdosa serta melukai ratusan orang. Belum lagi bom-bom yg sekala kecil
yg sering terjadi di tahun belakangan ini. Merupakan bukti bahwa factor
keamanan begitu susahnya kita dapatkan.
Begitu juga kriminalitas dijalan, perampokan bersenjata, tajam,
kam-pak, bahkan perampokan dengan senjata api sudah merupakan menu
harian koran-koran ibukota.
Terbongkarnya penyelundupan 2 kontainer berbagai tipe Senjata Api pada
12 November 2004 oleh bea cukai Tanjung Priok , salah satu bukti bahwa
jakarta juga merupakan target potensial untuk beredarnnya senjata api
ilegal, lalu kemanakah beredarnya senjata senjata terse-but maka
tidak heran perampokan dan kejahatan bersenjata api telah menjadi trend
kejahatan saat ini.
Rasa ketidak aman berkendara di jalanan jakarta tidak hanya oleh faktor
kejahatan seperti tsb diatas saja, akan tetapi sering kali kita
terjebak dalam Tawuran anak anak sekolah dan tawuran antar war-ga,
dimana batu batu dan benda keras lainnya bisa sangat mengan-cam
keselamatan kita dan keluarga kita yg sedang berada dan ter-jebak
ditengah tengah situasi tersebut.
Kerja Keras Polisi sebagai benteng kemananan masyarakan selama ini
terbukti belum lah cukup, masih saja terjadi hal2 seperti tersebut
diatas.
Usaha pengamanan Sendiri adalah hal pencegahan yg paling tepat yg harus dilakukan oleh kita.
Pengertian Kaliber Peluru
DALAM berbagai publikasi media massa, baik cetak maupun elektronik,
seringkali kita menemukan kekeliruan dalam penyebutan kaliber peluru,
mulai senjata ringan sampai berat. Karena keawaman sebagian pihak,
penulisan kaliber peluru jika akhirnya menimbulkan kerancuan dan
kekeliruan yang berakibat ketakjelasan senjata yang dimaksud.
Pengertian kaliber peluru, artinya diameter proyektil dikalikan dengan
panjang kelongsong peluru, yang biasanya dihitung dalam ukuran
milimeter ( umumnya daratan Eropa) dan inci ( terutama Inggris dan
Amerika) . Untuk senjata genggam jenis pistol, revolver, dan pistol
mitraliur, yang paling umum adalah kaliber .22, kaliber 9 mm, kaliber
7, 65 mm, kaliber .45, kaliber .32, kaliber .38, dll, sedangkan
senapan dan senapan mesin yang kini umum digunakan adalah kaliber 7, 62
mm, kaliber 5, 56 mm, kaliber .30.
Hanya saja, saat ini sering terjadi kekeliruan dalam penulisan kaliber
peluru, terutama bagi kalangan awam, misalnya menyebutkan ada peluru
pistol kaliber 45 mm, kaliber 38 mm. Padahal, angka kaliber peluru
tersebut dihitung dalam ukuran inci, sebenarnya yaitu kaliber 0, 45
inci yang ditulis dalam penulisan singkat ala internasional menjadi .45 (
titik 45 menunjukan singkatan dari 0, 45 inci) jika dikalkulasi kepada
hitungan milimeter menjadi 11, 43 mm. Begitu pula kaliber 38,
sebenarnya adalam 0, 38 inci atau disingkat .38 yang dihitung ke dalam
milimeter menjadi 9, 6 mm. Jadi dapat dibayangkan, jika ada peluru
memiliki kaliber 45 inci, ini berarti hampir seukuran peluru meriam !
Penggunaan peluru kaliber .45 sendiri, saat ini sudah jarang tak
digunakan lagi, termasuk oleh ” mbahnya” yaitu Amerika, di mana mereka
terakhir menggunakan melalui Colt M1911A1 yang kemudian digantikan
Beretta M92F ( kaliber 9 mm x19) pada awal tahun 1990-an. Saat ini,
hampir seluruh negara menggunakan pistol dengan standar peluru kalier 9
mm x 19, termasuk eks Blok Uni Sovyet/ Rusia dkk ( tadinya menggunakan
9 mm x 18) dan produsen asal Asia, Amerika Selatan, Afrika, dll,
walau masih ada sebagian memproduksi versi kaliber .45, .44, .40,
dll. Begitu pula jika mengacu kepada kaliber dalam hitungan milimeter,
ini pun menyangkut beberapa produk, karena ada beberapa kaliber yang
tak sama. Misalnya kaliber 9 mm, untuk produk umum digunakan sebenarnya
ada tiga jenis, yaitu 9 mm x 19 mm ( disebut juga 9 mm Parabellum, 9
mm Luger, ini aslinya produk Eropa Barat, khususnya Belgia dan Jerman)
, 9 mm x 19 mm ( disebut pula 9 mm Makarov, aslinya produk Rusia) ,
dan 9 mm x 21 mm ( produk Eropa Barat untuk senjata genggam sipil) ,
serta 9 mm x 17. Sebagai gambaran, sejumlah pabrik senjata ringan,
baik senjata genggam ( pistol dan revolver) atau pistol mitraliur/
sub-machine gun, bukan hanya memproduksi sebuah produk dengan satu
standar kaliber saja, namun juga dalam beberapa kali sesuai pangsa
pasar.
Saat ini yang paling banyak laku di pasaran dan menjadi standar adalah 9
mm x 19, disamping sebagian menggunakan versi kaliber .45 atau versi
.38, kaliber .357 serta .44 ( untuk militer dan polisi) , untuk sipil
biasanya kaliber 7, 65 mm atau kaliber .32 serta kaliber .22. Untuk
jenis senapan dan senapan mesin, produksi berbagai negara di dunia saat
ini cenderung ramai-ramai menggunakan 5, 56 mm x 45 yang dipopulerkan
melalui senapan serbu M-16 di Vietnam dan senapan mesin regu FN Minimi
Belgia, sedangkan versi lama 7, 62 mm x 51 kini kebanyakan untuk
keperluan khusus, misalnya penembak jitu di mana produk yang masih
diandalkan adalah M-14 Amerika dan senapan mesin serbaguna FN MAG Belgia
( serta versi buatan Inggris dan Amerika) dan M-60 Amerika, yang masih
bertahan menggunakan 7, 62 mm x 39 aslinya Uni Sovyet/ Rusia pada
senapan serbu AK-47 ( dan produk-produk pengembangan dari Cina, Jerman
Timur, Korea Utara, India, dll) .
Sedangkan pengertian kaliber peluru dari ukuran, misalnya 5, 56 mm x
45, artinya, proyektil memiliki diameter 5, 56 mm dengan panjang
kelongsong 45 mm, 9 mm x 19 artinya proyektil berdiameter 9 mm dengan
panjang kelonsong 19 mm. Sedangkan dengan pengukuran inci jarang
dicantumkan dengan panjang kelongsong.
Contoh kaliber peluru senjata ringan yang umum digunakan: Senjata
genggam Pistol contoh 9 mm x 19; Beretta M92 Italia ( di Amerika disebut
M-9) , FN Browning ; P35 Belgia ( di Indonesia sering disebut FN46,
PT Pindad
Bandung memproduksi dengan nama P-1) , SiG Sauer P228 . Swiss/ Jerman
( Amerika menyebut M-11) , Glock 17 Austria, Walther PPS dan HKP7
Jerman, Model 77 Cina, Bul M5 Israel 9 mm x 18 Makarov PM/ PMM Rusia,
P-64 Polandia, 7, 62 x 25 Type 68 ( Korea Utara) .45 Colt M1911/
1911A1 ( di Indonesia disebut FN 45) Revolver .357 FN Barracuda Belgia (
diproduksi pula versi kaliber .38 SPC
dan 9 mm x 19) , Manurhin M73 Prancis, Korth Jerman
.38 Enfield no.2 Inggris, Colt Detective Special, Colt Police
Service Amerika, Colt Phyton Amerika.
.44 S& W model 696 Amerika
Sub-Machine Gun
9 mm x 19 MP-5 Jerman, Uzi Israel ( diproduksi pula kaliber .45) ,
Beretta M12S ( Indonesia melalui PT Pindad memproduksi versi sipil
polisi hutan, dengan nama PM1A1 kaliber 9 mm x 21) , MP-40 Jerman,
Sten Inggris, Carl Gustav M45 Swedia, MAT-49 Prancis, Changfeng Cina
.45 Thompson M1 Amerika, Ingram M-10/ M-11 ( juga diproduksi kaliber 9
mm x 19) , 9 mm x 18 PP-19 Bison ( Rusia, diproduksi pula kal 9 mm x
19 dan kal 7.62 mm x 25) , CZ 61 ( ada pula versi 9 mm x 17, dan 7,
62 mm x 25)
Senapan
5, 45 mm x 39 AK-74
5, 56 mm x 45 Colt M16A1/ A4, M-4 Amerika, G-36 Jerman, FN FNC Belgia,
FN SCAR Belgia, SS-1 dan SS-2 Pindad Indonesia, Insas India,
FAMAS Prancis, L85/ SA-80 Inggris, SR-88 Singapura,
K-1 Korea Selatan, AK-101/ 102 Rusia, Steyr AUG Austria,
F-88 Australia, Type 89 Jepang, XM-8 Amerika/ Jerman,
Galil Israel ( diproduksi pula kaliber 7, 62 mm x 51) , Tavor Israel
7, 62 mm x 51 M-14 Amerika, G-3 Jerman, Beretta BM-59 Italia, SP-1
PT Pindad Indonesia 7, 62 mm x 39 AK-47 Rusia, SKS Rusia, Type 56
Cina, Senapan mesin 5, 45 mm x 39 RPK-74 Rusia5, 56 mm x 45 FN Minimi
Belgia ( dan produk pengembangannya di Amerika, Israel, dll) ,
Ultimax-100 Singapura, 7, 62 mm x 51 FN MAG Belgia ( dan produk
pengembangan di Inggris, Amerika, Indonesia, dll) , MG-3 Jerman7,
62 mm x 39 RPK dan .50 FN Browning M2HB, XM-32 Amerika, CIS .50
Singapura. * * *
Note : Semua Produk yang diedarkan ke seluruh indonesia & dunia
telah lulus uji LITBANG TNI-AD-Batujajar, Bandung-JAWA BARAT.
Helm anti peluru telah di pakai oleh pasukan perdamaian
indonesia ke negara Laos, cambodia, Congo dll dan telah lolos standart
uji oleh PBB yang dipakai melalui pasukan UN ( United Nation )
sumber :http://alatmiliter.indonetwork.co.id/profile/pabrik-peralatan-militer-indonesia-supplier-peralatan.htm
Jakarta, Sayangi.com
- Sejak lahirnya UU No 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi
(Tipikor), Indonesia Corruption Watch's (ICW) mencatat baru 9 koruptor
yang dihukum maksimal.
"Di Undang-undang itu dijelaskan vonis maksimal untuk koruptor itu 20
tahun penjara. Namun, diantara ribuan koruptor yang diadili hanya ada 9
terdakwa divonis maksimal," beber Anggota Badan Pekerja ICW Emerson Y
Yuntho, dalam press release yang diterima redaksi Sayangi.com, Senin
(9/9)
Bahkan diantara 9 terdakwa yang divonis maksimal, terang Emerson,
lima divonis seumur hidup dan 4 dihukum 20 tahun penjara. "Hanya
terdakwa Dicky Iskandar Dinata yang dituntut hukuman mati," tandasnya.
Kelima terdakwa yang divonis seumur hidup, masing-masing mantan Jaksa
di Kejaksaan Agung RI Urip Tri Gunawan yang tertangkap tangan menerima
suap dari Artalyta Suryani, koruptor penggelap Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia senilai Rp 1,9 triliun di Bank Harapan Sentosa (BHS) Hendra
Rahardja.
Selanjutnya, Mantan Komisaris Utama Bank Surya Bambang Sutrisno yang
juga menggelapkan dana BLBI senilai Rp 1,5 triliun, juga mantan Wakil
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) II Singkil Azhari Tinambunan
yang hanya korupsi Rp 4 miliar, dan Andrian Woworuntu bos PT Sagared
Team yang membobol leter of credit (L/C) fiktif senilai Rp 1,7 triliun
Adapun yang dihukum 20 tahun, masing-masing mantan Kepala BPPN Glen
Yusuf, Mantan Komisaris PT BHS Eko Adi Putranto, mantan Direktur Utama
PT BHS Sherny Konjongian, dan direktur Utama PT Brocolin Indonesia Dicky
Iskandar Dinata yang membobol kerdit fiktif senilai Rp 1,7 triliun.
(MARD)