Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Jumat, 03 Juni 2011

Jaringan Teroris

Penembakan di Palu
Keempat Pelaku Termasuk Jaringan Teroris
Sandro Gatra | Glori K. Wadrianto | Senin, 30 Mei 2011 | 12:12 WIB

Dibaca: 13619

K21-11 Hayana, ibu korban Bripda Andi Ibrar histeris di depan Kapolda Sulteng Brigjen I Made Dewa Prasana di terminal kargo Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Kamis (26/5/2011).
JAKARTA, KOMPAS.com — Empat pria pelaku penembakan tiga polisi di Poso, Sulawesi Tengah, terindikasi tergabung dalam jaringan teroris. Hal ini berdasarkan penyidikan tim Densus 88 Antiteror Polri, yang hingga kini masih mendalami kelompok teroris yang terkait dalam peristiwa itu.
"Mereka terindikasi jaringan teroris," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bachrul Alam di Mabes Polri, Senin (30/5/2011).
Anton mengatakan, hasil penggeledahan rumah Haryanto di Kelurahan Moengko Baru, Poso Kota, ditemukan berbagai bahan untuk merakit bom, seperti sulfur dan pipa. Haryanto adalah salah satu pelaku yang tertangkap saat razia. Pelaku lain yang juga tertangkap yakni Firdaus.
Anton menambahkan, kelompok mereka terindikasi melakukan pencurian kendaraan bermotor untuk mendanai kegiatan. Indikasi itu berdasarkan ditemukannya kunci T di rumah Haryanto. Selain itu, lanjut Anton, kelompok mereka berencana merampok toko emas.
"Mereka sengaja mencari senjata api dengan harapan ingin mengumpulkan senjata api sebanyak-banyaknya," ucap Anton. Seperti yang diberitakan, mereka merampas satu senjata api jenis SS1 V2 milik anggota. Senjata itu berhasil disita bersama dua senjata api laras panjang milik pelaku.
Hingga saat ini, tambah Anton, pihaknya masih memburu dua pelaku lain, yakni Dayat dan Faruk, di dalam hutan di sekitar Poso. "Masih berjalan terus. Kita mengimbau kepada mereka agar menyerahkan diri," kata Anton.
Seperti diberitakan, dua polisi yakni Bripda Gustiar Yudistira dan Bripda Prawira tewas saat penyerangan dengan senjata api. Satu polisi lagi yakni Bripda Dedi Edwar terluka di bagian lengan. Saat itu, ketiganya tengah berjaga di pos polisi di sekitar Kantor BCA Cabang Palu.
Sumber : kompas.com./Senin, 30 Mei 2011 | 12:12 WIB
http://regional.kompas.com/read/2011/05/30/1212273/Keempat.Pelaku.Termasuk.Jaringan.Teroris

Berita terkait :

Otak Penembakan di Palu Pun Anak Polisi?
Glori K. Wadrianto | Senin, 30 Mei 2011 | 09:54 WIB
Dibaca: 27274

 
K21-11 Upacara serah terima jenazah dua korba penembakan Bripda Gustiar Yudisthira dan Bripda Andi Irbar di Kargo Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Kamis (26/5/2011).

 
POMBEWE, KOMPAS.com — "Bapaknya dulu polisi, tapi sudah lama meninggal dunia," kata Ti’i, warga Pombewe, Sulawesi Tengah, Sabtu (28/5/2011) di lokasi penggeledahan rumah pelaku penembakan yang menewaskan dua anggota polisi di Palu, Rabu (25/5/2011) pekan lalu.
Rumah Fauzan di Dusun II Jalan Pramuka, Desa Pombewe, digeledah tim dari Perlawanan dan Teror (Wanteror) serta penjinak bahan peledak Brimob Polda Sulawesi Tengah. Dalam penggeledahan tersebut, polisi hanya mengamankan beberapa komponen sepeda motor yang sudah terpisah dari rangkanya. Selain itu, polisi juga menemukan peralatan perbengkelan.
Penggeledahan tersebut dilakukan setelah polisi menangkap dua orang yang diduga pelaku dalam aksi penembakan di BCA Palu. Tidak ada pejabat polisi yang berwenang memberikan keterangan dari penggerebekan tersebut. Namun, Fauzan disebut-sebut sebagai salah seorang yang diduga terkait dengan jaringan pelaku penembakan sadis tersebut.
Menurut Ti’i, Fauzan di desanya biasa dipanggil Uzan. Dia dikenal sebagai seorang yang taat beragama. Setiap magrib datang, dia pun langsung bergegas ke masjid, bahkan kerap mengumandangkan adzan magrib di Dusun II Desa Pombewe. "Kami sama sekali tidak menyangka kalau dia itu orang yang dicari polisi. Kami kaget, kenapa banyak polisi datang ke sini," kata Ti’i.
Menurut perempuan berusia sekitar 40 tahun ini, Fauzan adalah warga asli di Pombewe. Sejak kecil, dia sudah bergaul dengan teman-teman sebayanya di desa itu. Sekitar dua tahun lalu, Fauzan menikah dengan seorang janda beranak empat.
Menurut sejumlah warga, istrinya berasal dari Sumatera. Namun, warga tidak mengenal sama sekali siapa nama istri Fauzan. Sejak Fauzan menikah dengan istrinya, mereka belum dikaruniai anak. "Kira-kira sebulan lalu istrinya ke Jawa karena katanya anak dari suami sebelumnya kecelakaan," kata Ti’i.
Hal ini berbeda dengan keterangan salah seorang keluarga Fauzan. Menurutnya itu, Fauzan lebih banyak di Kota Palu karena kebetulan orangtuanya juga memiliki rumah di Kota Palu. Fauzan ke Pombewe hanya sesekali. Namun setelah menikah, Fauzan sudah menetap di Pombewe dengan kegiatan berkebun cabai.
Sementara itu, Ansar, yang juga warga di Pombewe, mengakui, Fauzan adalah anak mantan seorang polisi. Dia anak ketiga. Semua saudaranya adalah laki-laki. Kakak tertuanya juga masih seorang polisi aktif. "Orangnya baik. Kalau dia ketemu saya, selalu dia panggil 'Om'. 'Mau ke mana Om'," Ansar menirukan.
Baik Ti’i maupun Ansar tidak mengetahui sama sekali kegiatan Fauzan selain dari berkebun cabai di Pombewe. Bahkan kata mereka, kebun yang diolah Fauzan cukup sukses sehingga ia bisa membangun rumah permanen meski belum terpasangi atap. "Apa kegiatannya di luar sana, saya tidak tahu," kata Ansar.
Ti’i dan Ansar juga mengatakan, sebelumnya Fauzan pernah divonis pengadilan hingga dijatuhi hukuman penjara beberapa bulan. Keduanya tidak mengetahui pasti kasus yang menggiring Fauzan ke penjara. Namun, mereka menduga hal itu terkait dengan kasus kriminal pencurian. "Setelah dari penjara itulah ia baru menikah dengan istrinya yang saat ini," cerita Ti’i.
Nonci, tetangga terdekat Fauzan, mengatakan, dia kali terakhir bertemu Fauzan pada Jumat (20/5/2011) atau lima hari sebelum terjadinya aksi penyerangan bersenjata terhadap tiga anggota polisi di BCA Palu. Aksi penyerangan tersebut menewaskan dua anggota polisi berpangkat bripda dan melukai seorang polisi lainnya yang juga berpangkat sama.
Menurut Nonci, dia jarang berkomunikasi dengan Fauzan karena kesibukannya sebagai pedagang telur. Nonci selalu bertemu Fauzan setiap hari Jumat karena hari itu Noncy tidak berdagang. "Saya tidak tahu siapa nama istrinya. Kami di sini hanya biasa memanggil istrinya dengan Mama Baco," cerita Nonci.
Mungkinkah Fauzan yang anak polisi adalah salah satu otak pelaku aksi di Palu? Hingga kini pihak kepolisian belum memberikan penjelasan rinci terkait pemeriksaan dan penggeledahan tersebut. Namun, yang pasti, dua korban tewas dalam penembakan itu pun merupakan putra anggota polisi.

Sumber : http://regional.kompas.com/read/2011/05/30/09545765/Otak.Penembakan.di.Palu.Pun.Anak.Polisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.

Cari Blog Ini