Minggu, 05 Juni 2011 | 17:41 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Mabes Polri menyimpulkan, pelaku penembakan anggota Kepolisian Palu, Sulawesi Tengah adalah anggota Kelompok Jamaah Anshorut Tauhid (JAT). Mereka juga disebut, pernah dilatih Abu Tholut selama setahun di Aceh.
"Kesimpulan diperoleh dari pengakuan para tersangka yang diciduk petugas, tak lama setelah insiden itu" kata Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri, Komisaris Besar Boy Rafli Amar di Mabes Polri, 5 Juni 2011. " Mereka adalah anggota JAT yang dibentuk Abu Tholut"
Abu Tholut alias Imron Baihaqi alias Pranata Yudha bukan orang baru dalam aksi teror di Indonesia. Ia pernah divonis delapan tahun penjara dalam kasus aksi teror di Atrium Senen, Jakarta, awal Mei 2004 dan kembali ditangkap pada 10 Desember 2010 di Kudus.
Abu Tholut pernah didaulat sebagai Ketua Mantiqi III, Jamaah Islamiyah di Poso, tahun 2000 - 2002. Ia dikenal erat dengan Abu Bakar Baasyir, Ustad yang juga disebut amir Jamaah Anshorut Tauhid. Baasyir ditangkap di Banjar, Jawa Barat, Senin, 9 Agustus 2010 sekitar pukul 08.15 WIB, karena diduga menerima laporan rutin rencana peledakan bom di Indonesia.
Abu Tholut pernah didaulat sebagai Ketua Mantiqi III, Jamaah Islamiyah di Poso, tahun 2000 - 2002. Ia dikenal erat dengan Abu Bakar Baasyir, Ustad yang juga disebut amir Jamaah Anshorut Tauhid. Baasyir ditangkap di Banjar, Jawa Barat, Senin, 9 Agustus 2010 sekitar pukul 08.15 WIB, karena diduga menerima laporan rutin rencana peledakan bom di Indonesia.
Kedekatan Abu Tholut dengan Abu Bakar Ba'asyir disimpulkan setelah polisi menemukan fakta pemberian dana melalui Haris Amir Falah di kantor JAT Pejaten untuk operasional latihan para-militer di Jalin Jantho, Nangro Aceh Darussalam.
Berdasarkan hasil penyidikan, kata Boy, para tersangka merupakan kelompok yang dipersiapkan Abu Tholut sebagai kombatan. “Mereka dilatih diwilayah perbukitan Poso sejak pertengahan tahun lalu,” ujarnya.
Pelatihan para-militer itu merupakan cikal pendirian Al-Qaidah Serambi Mekkah, yang didalamnya terdapat sejumlah nama seperti Dulmatin dan Abdullah Sunata. Gerakan mereka juga berada dibalik aksi perampokan Bank CIMB Niaga yang dipimpin Toni Togar.
Dugaan keterlibatan kelompok teroris makin diperkuat setelah polisi menemukan sejumlah bahan baku pembuat bom di rumah Hariyanto, satu dari dua tersangka kasus penembak polisi di Bank BCA Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang berhasil diciduk petugas.
Hasil penelusuran menyimpulkan keterlibatan adik ipar Hariyanto berinisial AR. Ia diciduk pada tanggal 30 Mei lalu di daerah Poso. “Tersangka pernah diperintahkan oleh Hariyanto memindahkan sejumlah amunisi ke rumahnya,” ujar Boy.
RIKY FERDIANTO
Pelatihan para-militer itu merupakan cikal pendirian Al-Qaidah Serambi Mekkah, yang didalamnya terdapat sejumlah nama seperti Dulmatin dan Abdullah Sunata. Gerakan mereka juga berada dibalik aksi perampokan Bank CIMB Niaga yang dipimpin Toni Togar.
Dugaan keterlibatan kelompok teroris makin diperkuat setelah polisi menemukan sejumlah bahan baku pembuat bom di rumah Hariyanto, satu dari dua tersangka kasus penembak polisi di Bank BCA Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang berhasil diciduk petugas.
Hasil penelusuran menyimpulkan keterlibatan adik ipar Hariyanto berinisial AR. Ia diciduk pada tanggal 30 Mei lalu di daerah Poso. “Tersangka pernah diperintahkan oleh Hariyanto memindahkan sejumlah amunisi ke rumahnya,” ujar Boy.
RIKY FERDIANTO
TEMPO Interaktif, Jakarta Minggu, 05 Juni 2011 | 17:41 WIB
Di tempat itu juga ditemukan kunci letter T yang diakui tersangka pernah digunakan untuk mencuri kendaraan sepeda motor. “Kami juga menemukan 23 butir peluru senjata US Caraben dan sejumlah peluru kaliber 9 milimeter dari rumah Ahmad Ridwan, adik ipar Hariyanto,” kata Boy.
Insiden penembakan terjadi pada 25 Mei lalu saat tiga personil kepolisian tengah menjaga di Bank BCA, Jl. Emy Saelan, Kota Palu. Segerombolan pria bersenjata api laras panjang memberondong ketiganya yang menyebabkan kematian dua petugas dan melukai satu lainnya. Tidak hanya itu. Para pelaku juga mencuri dua senjata api jenis V.
Dua dari empat pelaku berhasil ditangkap pada hari yang sama saat petugas sedang menggelar razia di wilayah Donggala. Namun upaya pengejaran terhadap dua yang lain sempat mengalami hambatan karena keduanya melarikan diri ke wilayah perbukitan arah Poso setelah sebelumnya meninggalkan kendaraan mereka di sekitar wilayah pesisir selatan.
Berita Terkait :
Kelompok Poso Siapkan Empat Bom Aktif Minggu, 05 Juni 2011 | 19:31 WIB
Komisaris Besar Polisi Boy Rafli Amar,menununjukan foto tiga tersangka penembakan anggota kepolisian di Poso, Sulawesi Tengah. TEMPO/ Dasril Roszandi
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kelompok teroris di kawasan Poso, Sulawesi Tengah diduga sedang menyiapkan aksi penyerangan dengan bom. Rencana itu terbongkar setelah ditemukan bom siap ledak ataupun masih dalam rangkaian dari rumah tersangka penembak polisi. Seluruh materi bom itu jadi barang bukti yang disita polisi Rabu, 1 Juni 2011 lalu. . “Tim berhasil menjinakkan empat bom pipa,” ujar Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri, Komisaris Besar Boy Rafli Amar, Minggu 5 Juni 2011.
Menurut Boy, bom berdaya ledak rendah itu dijinakkan tim dari Detasemen 88 Antiteror dari rumah Haryanto Haluta alias Abu Jafar, salah satu tersangka penembak polisi. Di rumah itu pula, ditemukan empat bom pipa plastik berdiameter 4 sentimeter (cm) yang siap ledak dan tujuh pipa paralon yang berisi paku. Masing-masing paku berukuran 5 cm dengan berat 1 kilogram. Ditemukan pula bahan-bahan pembuat bom lain. Pun juga 20 item barang bukti yang bisa digunakan sebagai bahan perakit bom. “Seperti blackpowder, belerang, pipa besi, bom molotov dan onderdil sepeda motor,” ujar Boy
Menurut Boy, bom berdaya ledak rendah itu dijinakkan tim dari Detasemen 88 Antiteror dari rumah Haryanto Haluta alias Abu Jafar, salah satu tersangka penembak polisi. Di rumah itu pula, ditemukan empat bom pipa plastik berdiameter 4 sentimeter (cm) yang siap ledak dan tujuh pipa paralon yang berisi paku. Masing-masing paku berukuran 5 cm dengan berat 1 kilogram. Ditemukan pula bahan-bahan pembuat bom lain. Pun juga 20 item barang bukti yang bisa digunakan sebagai bahan perakit bom. “Seperti blackpowder, belerang, pipa besi, bom molotov dan onderdil sepeda motor,” ujar Boy
Di tempat itu juga ditemukan kunci letter T yang diakui tersangka pernah digunakan untuk mencuri kendaraan sepeda motor. “Kami juga menemukan 23 butir peluru senjata US Caraben dan sejumlah peluru kaliber 9 milimeter dari rumah Ahmad Ridwan, adik ipar Hariyanto,” kata Boy.
Insiden penembakan terjadi pada 25 Mei lalu saat tiga personil kepolisian tengah menjaga di Bank BCA, Jl. Emy Saelan, Kota Palu. Segerombolan pria bersenjata api laras panjang memberondong ketiganya yang menyebabkan kematian dua petugas dan melukai satu lainnya. Tidak hanya itu. Para pelaku juga mencuri dua senjata api jenis V.
Dua dari empat pelaku berhasil ditangkap pada hari yang sama saat petugas sedang menggelar razia di wilayah Donggala. Namun upaya pengejaran terhadap dua yang lain sempat mengalami hambatan karena keduanya melarikan diri ke wilayah perbukitan arah Poso setelah sebelumnya meninggalkan kendaraan mereka di sekitar wilayah pesisir selatan.
RIKY FERDIANTO
Sumber : Tempointeraktif/Minggu, 05 Juni 2011 | 19:31 WIBhttp://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2011/06/05/brk,20110605-338727,id.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.