DOK. PRIBADI
Kepala Sub Direktorat II Ekonomi, Direktorat Intelijen Keamanan
Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Titik Velentina,
adalah satu di antara sedikit perempuan yang memilih menjadi agen
rahasia.
KOMPAS.com - Perempuan
cerdas, tangguh, kreatif, berani mengambil risiko boleh jadi banyak
ditemui. Namun tak banyak perempuan dengan kualitas seperti ini yang mau
melakukan pekerjaan berisiko secara rahasia, tidak boleh menonjolkan
dirinya, termasuk menutupi keberhasilan apa pun yang diraihnya karena
tuntutan profesinya sebagai agen rahasia.
Kepala Sub Direktorat
II Ekonomi, Direktorat Intelijen Keamanan Polda Metro Jaya, Ajun
Komisaris Besar Polisi (AKBP) Titik Velentina, adalah satu di antara
sedikit perempuan agen rahasia ini. Di satuan tempatnya bekerja, hanya
ada 30-40 intelenjen perempuan dari total 300 orang. "Hanya sekitar 10
persennya saja intelejen perempuan," kata Titik kepada
Kompas Female di Jakarta, seusai bincang-bincang untuk menginspirasi anak-anak mengenai profesi agen rahasia.
Menurut
Titik, setiap perempuan punya kesempatan yang sama untuk menjalani
profesi yang masih dianggap bidangnya laki-laki ini. Namun memang
dibutuhkan karakter tertentu untuk menjalani berbagai tugas dan tanggung
jawab menjadi agen rahasia.
"Pekerjaan ini menarik dan penuh
tantangan. Tantangannya pun selalu berubah tergantung perkembangan
situasi di Indonesia," aku perempuan yang tampil segar di usia 50 ini.
Untuk
menjadi agen rahasia, terutama yang bekerja untuk kepentingan militer
dan kepolisian, dibutuhkan kepribadian matang dan tahan uji, bukan
sekadar perempuan yang suka tantangan, kata Titik berbagi pengalaman.
Selain tentunya, agen rahasia harus memiliki kecerdasan, kreativitas,
kemampuan menganalisa masalah dan mecari berbagai pilihan solusi,
termasuk kecermatan dalam pengambilan keputusan.
"Hanya
perempuan yang punya ketahanan berada di balik layar, tidak mau
menonjol, yang mampu menjalaninya. Meski berhasil menjalani tugas besar,
eksistensinya tidak boleh terungkap. Jadi, harus memiliki kepribadian
yang matang tahan tekanan," jelasnya.
Titik juga menekankan
pentingnya kecerdasan dan kreativitas sebagai karakter kunci seorang
agen rahasia. Sebenarnya perempuan memiliki nilai tambah lainnya, yakni
ketekunan yang melekat secara alami dalam diri perempuan. Ketekunan
inilah yang juga menjadi modal penting bagi seorang intelejen.
"Kreativitas sangat dibutuhkan, harus punya ide brilian terus menerus, ini dibutuhkan ketekunan," tambahnya.
Titik
memilih menjadi intel sejak 21 tahun silam, melalui tahapan panjang.
Setelah lulus kuliah jurusan Hukum di Universitas Diponegoro Semarang
pada 1981, Titik melanjutkan pendidikan di sekolah perwira polisi
wanita. Ia kemudian menekuni pendidikan khusus intelejen. Sebelum fokus
bertugas menjadi intel, Titik menjabat sejumlah posisi penting seperti
Kepala Polisi Sektor Bandara Soekarno-Hatta.
Pekerjaan sarat
tantangan memang menjadi daya tarik bagi ibu dua anak ini. Dengan berani
membuat pilihan atas hidupnya, Titik menikmati pekerjaan dan kariernya,
tanpa menjadikan keluarga sebagai kendala. Meski begitu, ia pun
memahami jika banyak perempuan yang memiliki hasrat besar menjalani
profesi semacam ini terkendala dengan berbagai persoalan dan
pertimbangan, termasuk keluarga.
"Pekerjaan ini tidak mengenal
waktu, terkadang kesepakatan dengan keluarga menjadi kendala," tutur
Titik yang dengan tegas memposisikan dirinya menjalani karier sebagai
agen rahasia sebelum menikah dan berkeluarga. "Suami saya sudah memahami
seperti apa pekerjaan saya, karena saya sudah menjadi intel sebelum
menikah," lanjutnya.
Titik juga tidak mencampur-adukkan pekerjaan
dan keluarga. Misi apa pun yang sedang dilakoninya, dirahasiakan dari
anak dan suami. Selain memang perlu menjaga kerahasiaan, Titik tak ingin
membuat khawatir keluarganya dengan berbagai tugas-tugas berisiko yang
dijalankannya. "Saya tidak ingin keluarga khawatir, mereka tidak perlu
tahu apa yang saya lakukan," ungkapnya.
Pensiun dengan ilmu intelejen
Jam
terbang tinggi yang dimiliki Titik, membuatnya bersemangat menyambut
masa pensiun dengan rencana bisnis menggunakan ilmu intelejen. "Ilmu
intelegen bisa dimanfaatkan untuk kepentingan di luar militer dan
kepolisian. Cita-cita saya menjadi detektif swasta, membuka usaha jasa
informasi untuk kasus-kasus di area privat," ungkapnya.
Menurut
Titik, 2-3 tahun terakhir
sekolah intelejen swasta juga mulai hadir
untuk memberikan pilihan bagi mereka yang menyukai bidang kerja ini.
Selepas sekolah, mereka bisa menjadi intelejen di bidang jasa. "Ilmu
intelejen bisa untuk bisnis.
Tugas pokok intel adalah penyelidikan dan
pengamanan. Semua bidang bisa masuk intel, intel juga bisa masuk ke
semua bidang," jelasnya.
Titik menyimpan teguh mimpinya, hingga
pada waktunya nanti ia dapat berkolaborasi dengan rekan seprofesinya,
menjalani masa pensiun dengan membangun bisnis jasa informasi menjadi
detektif swasta.
sumber:http://internasional.kompas.com/read/2012/03/09/13300684/Perempuan.Tangguh.di.Balik.Misi.Rahasia