Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Senin, 07 Mei 2012

Tentang Palestina

5 January 2009
Posted by iman under: LUAR NEGERI .
palestineNama saya Sayed. Saya bukan druze, Hisbullah, Hamas, PLO atau komunis. Saya adalah Kristen Palestina. Saya telah berjuang bersama Nasrallah dari Hisbullah sejak saya kecil. Melempar tank tank Israel dengan batu dan menyusupkan pesan pesan panglima kepada pejuang kami di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Orang tua saya terbunuh di kamp Sabra dan Shatila , dua puluh delapan tahun lalu. Kata kakek saya mayat mereka begitu menyedihkan. Kapak dan pisau kaum Falangis telah memenggalnya.
Lihat sejarah yang pernah ditulis tentang pembantaian itu. Pada tanggal 23 Agustus 1982, Bashir Gemayel salah seorang pemimpin Kristen Maronit terpilih menjadi presiden Lebanon. Ia harus menjembatani kelompok Falangis – faksi milisi Kristen – yang terbagi dua kubu. Memihak Israel dan disatu sisi memilih Suriah.
Bashir Gemayel menolak tekanan Israel dan tidak memberikan kuasa kepada tentara Israel untuk menyerahkan gerilyawan Palestina yang bermukim di Lebanon. Hingga tak berapa lama sebuah bom membunuhnya.
Kelompok Muslim dan Palestina menyangkal terlibat dalam kejadian ini. Sementara Isreal mempersalahkan Palestina. Ini membuat kelompok Falangis kembali bersatu dan mencurigai Palestina. Walau banyak pihak percaya justru agen Mossad berada di balik pembunuhan Presiden Lebanon ini.

15 September 1982. Israel memasuki Beirut barat, dan membunuh ratusan orang. Mereka lalu mengundang faksi Falangis – yang emosinal – untuk memasuki kamp pengungsi Sabra dan Shatila yang berisi pengungsi Palestina, dengan alasan mencari gerilyawan Palestina dan menyerahkan kepada Israel. Kelompok yang dipimpin Eli Hobeika selama 3 hari melakukan pembantaian yang mengerikan. Tentara Israel menutup seluruh jalan pintu keluar masuk kamp, dan terus menembakan peluru suar sepanjang malam. Mereka juga aktif menembaki dan mengebom kamp yang tak berdaya ini. Tidak satupun gerilyawan tertangkap atau diserahkan kepada Israel.
Justru penduduk sipil, wanita dan anak anak yang terbantai. Sebagian dengan tubuh terbelah belah. BBC mencatat 700 – 800 orang tewas. Dalam bukunya yang diterbitkan segera setelah pembantaian itu, wartawan Israel, Amnon Kapeliouk dari Le Monde Diplomatique, menyimpulkan sekitar 2.000 jenazah yang disingkirkan oleh para Falangis itu sendiri setelah pembantaian itu.
Saya selalu teringat itu, dan jauh sebuah negeri yang dinamakan Indonesia pernah mengalami masa heroik perjuangan merebut kemerdekaan. Devide it impera, politik memecah Israel mungkin terdengar biasa seperti yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda atau penjajah dimana mana. Menggunakan tentara Marsose asal ambon, manado, Jawa dan Bali untuk menggempur pejuang pejuang militan negeri ini. Mulai pengkhianatan Panglima Tibang atau Pang Lao dalam perang Aceh, sampai menggunakan Aru Palaka untuk menundukan kerajaan Gowa di Sulawesi.
Ini bukan masalah agama pada akhirnya. Beruntung sejarah kemerdekaan negeri Indonesia itu tak pernah terdengar pertikaian Kristen – Islam atau Ambon melawan Jawa. Lebih banyak pejuang pejuang nasionalis dan heroik datang dari Minahasa, Ambon, Batak atau Bali.
Selalu ada sentimen sentimen etnik , agama yang dapat dipakai sebagai sekutu oleh penjajah. Nazi memakai etnik Kroasia untuk menjadi garda depannya mengejar tentara partisan Yugoslavia yang didonimasi Serbia.
tanksSaya adalah Sayed. Kristen Palestina. Selain mayoritas Muslim, Palestina juga terdiri dari pejuang pejuang Kristen. Bahkan George Habbash – pimpinan PLO dari faksi garis keras Kristen Marxist – sebagai orang yang paling dicari cari Israel selain Yaser Arafat.
Kami adalah Palestina. Bukan bangsa Arab atau Bangsa Yahudi. Jumlah penduduk Kristen di tanah suci ini justru terbanyak di Palestina. Bukan di Lebanon.
Pemimpin kami, Abu Ammar, kerap dikenal sebagai Yaser Arafat – yang istrinya seorang Kristen – menepis anggapan bahwa perjuangan Palestina melawan kolonialisme Israel adalah perang agama. Ini perjuangan kemerdekaan suatu bangsa yang mengimpikan memiliki Negara yang merdeka dan berdaulat.
Bahkan Juru bicara pertama kami di Perserikatan Bangsa Bangsa, Hanan Asrawi seorang diplomat Kristen yang tangguh.
Saya tak pernah menerima bahwa negeri kami lahir dari kompromi. Negeri kami semestinya lahir atas persamaan nasib. Bukan kompromi yang diangkat menjadi doktrin Negara.
Politik Israel selalu ingin memisahkan bangsa Palestina. Mereka ingin Kristen Palestina dan Muslim Palestina memiliki sikap yang berbeda. Dan ini tidak akan terjadi karena rakyat Palestian selalu bersatu. Kaum Muslimin dan Kristen di Palestina, khususnya di Jerussalem, adalah seperti satu keluarga sejak masuknya Islam ke Palestina,
Lihat saja Uskup Atalla, dari Gereja Orthodok di Jerussalem , mendukung aksi syahid yang dilakukan pejuang Palestina. Bahkan ia menegaskan bahwa aksi syahid itu bukanlah terorisme.
Saya Sayed bangsa Palestina menangis terharu mendengar uskup berkata “ Bila pejuangan kemerdekaan itu dianggap sebagai terorisme, maka sayalah teroris yang paling pertama,” katanya. Menurutnya, siapapun yang berkunjung dan menyaksikan penderitaan rakyat Palestina akan bisa memahami latar belakang atau motivasi yang mendorong para pejuang melakukan aksi syahid.
Saya tak tahu apakah masih ada harapan melawan Israel yang konon dianggap bangsa pilihan Tuhan menurut kitab kitab Taurat. Ini juga bukan Daud yahudi melawan Goliath dari Filistin. Ini adalah sebuah jejak. Jejak penindasan atas hak hak kemerdekaan negeri kami.
Kami tidak membutuhkan mati syahid menurut cara bangsa lain. Kami akan memenangkan pertempuran dengan cara kami sendiri, Cara syahid bangsa Palestina.
Saya adalah Sayed. Saya bangga menjadi Palestina yang utuh.
sumbert:http://blog.imanbrotoseno.com/?p=330

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.

Cari Blog Ini