Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Senin, 25 Oktober 2010

Aksi Kelompok Teroris Medan Dikendalikan dari Penjara

Foto teroris Medan Mustofa alias Abu Tholut dan Jefri alias Kamal di Mabes Polri, Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
TEMPO Interaktif, Jakarta:  Polisi menjemput seorang tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Pematang Siantar, Sumatera Utara yang bernama Toni Togar alias Indra alias Heri Kurniawan. Toni dibawa ke Jakarta untuk kepentingan penyidikan kasus terorisme yang akhir-akhir ini marak terjadi di Medan.

"Ia menjadi pimpinan yang menyiapkan semua strategi para teroris di Medan," kata Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri dalam jumpa pers di Rupatama Markas Besar Kepolisian, (25/10). "Ia menjadi amir dari Mujahidin Indonesia selama persiapan aksi di Medan, dari balik penjara."
Menurut Bambang, Toni Togar adalah alumni Pondok Pesantren Ngruki  tahun 1990. Dia sempat menjadi pengajar di sana. Ia mendapat pelatihan militer dari kamp di Afganistan pada 1995.

Toni dikenal dekat dengan pentolan-pentolan teroris negeri ini. Tahun 2000 bersama Hambali, ia terlibat pemboman gereja-gereja di Pekan Baru. Bersama Nurdin M. Top dan Dr. Azhari ia melakukan pemboman di Hotel JW. Mariott, Jakarta Selatan, pada 2003. Di tahun yang sama, ia juga menjadi dalang perampokan Bank Lippo Jakarta.

Toni akhirnya ditangkap dan pada 11 Juni 2003 divonis 20 tahun penjara oleh pengadilan. Setelah vonis, ia dikurung di Lembaga Pemasyarakatan Pematang Siantar. Menurut Kepala Divisi Humas Inspektur Jenderal Iskandar Hasan, Toni bisa mudah berkomunikasi dengan kelompoknya karena penjagaan sel yang longgar. "Dia  bisa bebas menelepon dengan meminjam telepon seluler milik sipir," kata Iskandar.
Sementara Abu Tholut alias Mustofa, kata Iskandar, adalah pemimpin di lapangan. Keterangan tentang keterlibatan Toni ini didapat dari pengakuan para tersangka teroris Medan yang sebelumnya sudah ditangkap. "Keterangan mereka menyebut Toni sebagai otaknya," kata Iskandar.
Mustafa Silalahi
 Sumber : Tempointeraktif.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.

Cari Blog Ini