Senin, 25 Oktober 2010 | 13:05 WIB
Foto teroris Medan Mustofa alias Abu Tholut dan Jefri alias Kamal di Mabes Polri, Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
TEMPO Interaktif, Jakarta: Polisi menjemput seorang tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Pematang Siantar, Sumatera Utara yang bernama Toni Togar alias Indra alias Heri Kurniawan. Toni dibawa ke Jakarta untuk kepentingan penyidikan kasus terorisme yang akhir-akhir ini marak terjadi di Medan.
"Ia menjadi pimpinan yang menyiapkan semua strategi para teroris di Medan," kata Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri dalam jumpa pers di Rupatama Markas Besar Kepolisian, (25/10). "Ia menjadi amir dari Mujahidin Indonesia selama persiapan aksi di Medan, dari balik penjara."
Menurut Bambang, Toni Togar adalah alumni Pondok Pesantren Ngruki tahun 1990. Dia sempat menjadi pengajar di sana. Ia mendapat pelatihan militer dari kamp di Afganistan pada 1995.
Toni dikenal dekat dengan pentolan-pentolan teroris negeri ini. Tahun 2000 bersama Hambali, ia terlibat pemboman gereja-gereja di Pekan Baru. Bersama Nurdin M. Top dan Dr. Azhari ia melakukan pemboman di Hotel JW. Mariott, Jakarta Selatan, pada 2003. Di tahun yang sama, ia juga menjadi dalang perampokan Bank Lippo Jakarta.
Toni akhirnya ditangkap dan pada 11 Juni 2003 divonis 20 tahun penjara oleh pengadilan. Setelah vonis, ia dikurung di Lembaga Pemasyarakatan Pematang Siantar. Menurut Kepala Divisi Humas Inspektur Jenderal Iskandar Hasan, Toni bisa mudah berkomunikasi dengan kelompoknya karena penjagaan sel yang longgar. "Dia bisa bebas menelepon dengan meminjam telepon seluler milik sipir," kata Iskandar.
Sementara Abu Tholut alias Mustofa, kata Iskandar, adalah pemimpin di lapangan. Keterangan tentang keterlibatan Toni ini didapat dari pengakuan para tersangka teroris Medan yang sebelumnya sudah ditangkap. "Keterangan mereka menyebut Toni sebagai otaknya," kata Iskandar.
Mustafa Silalahi
Sumber : Tempointeraktif.com
"Ia menjadi pimpinan yang menyiapkan semua strategi para teroris di Medan," kata Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri dalam jumpa pers di Rupatama Markas Besar Kepolisian, (25/10). "Ia menjadi amir dari Mujahidin Indonesia selama persiapan aksi di Medan, dari balik penjara."
Menurut Bambang, Toni Togar adalah alumni Pondok Pesantren Ngruki tahun 1990. Dia sempat menjadi pengajar di sana. Ia mendapat pelatihan militer dari kamp di Afganistan pada 1995.
Toni dikenal dekat dengan pentolan-pentolan teroris negeri ini. Tahun 2000 bersama Hambali, ia terlibat pemboman gereja-gereja di Pekan Baru. Bersama Nurdin M. Top dan Dr. Azhari ia melakukan pemboman di Hotel JW. Mariott, Jakarta Selatan, pada 2003. Di tahun yang sama, ia juga menjadi dalang perampokan Bank Lippo Jakarta.
Toni akhirnya ditangkap dan pada 11 Juni 2003 divonis 20 tahun penjara oleh pengadilan. Setelah vonis, ia dikurung di Lembaga Pemasyarakatan Pematang Siantar. Menurut Kepala Divisi Humas Inspektur Jenderal Iskandar Hasan, Toni bisa mudah berkomunikasi dengan kelompoknya karena penjagaan sel yang longgar. "Dia bisa bebas menelepon dengan meminjam telepon seluler milik sipir," kata Iskandar.
Sementara Abu Tholut alias Mustofa, kata Iskandar, adalah pemimpin di lapangan. Keterangan tentang keterlibatan Toni ini didapat dari pengakuan para tersangka teroris Medan yang sebelumnya sudah ditangkap. "Keterangan mereka menyebut Toni sebagai otaknya," kata Iskandar.
Mustafa Silalahi
Sumber : Tempointeraktif.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.