Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Senin, 25 Oktober 2010

Sunakim Klaim Kamp Militer Aceh untuk Jihad ke Palestina

TEMPO/Imran
TEMPO Interaktif, Jakarta - Saksi Sunakim alias Nakim mengaku pelatihan militer di Pegunungan Jalin, Kecamatan Jantho, Aceh tak bertujuan untuk melakukan aksi teror di dalam negeri seperti yang diduga jaksa penuntut umum. "Hanya untuk berangkat Jihad ke Palestina," kata Nakim dalam sidang Abu Rimba dan kawan-kawan di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Kamis (21/10).

Jaksa Feritas pun mengancam Nakim untuk tidak berkata bohong. "Anda sudah di BAP dan anda sudah menandatangani BAP ini," ujarnya.
 
Menurut Feritas, saat diperiksa penyidik, Nakim mengakui bahwa salah satu tujuan pelatihan militer di Aceh tersebut adalah untuk melakukan teror terhadap pekerja organisasi non-pemerintah asing. "Untuk menyerang bule-bule NGO asing di Aceh," ujarnya. 

Namun pernyataan ini ditampik Nakim. "Saya tidak pernah mengatakan itu," ucapnya.

Nakim, yang juga merupakan terdakwa dalam kasus terorisme mengakui bahwa dirinya mengikuti pelatihan tersebut. "Pelatihannya sekitar bulan Januari sampai Februari 2010," ujarnya. Ia pun mengaku mengenal para terdakwa dalam pelatihan itu. 

Nakim mengatakan, ia diajak oleh seseorang bernama Yahya untuk berangkat ke Palestina. "Awalnya Ustad Yahya bilang mau diberangkatin ke Palestina, tapi malah ke Aceh," tuturnya. Ia pun mengaku tidak mengetahui jika pelatihan yang diikutinya terdapat latihan menembak dan latihan militer lainnya. "Saya baru tahu kalau ada latihan seperti itu pas sudah di sana," tuturnya.

Mengenai Dulmatin, pemuda asal Subang ini mengaku tidak mengenalnya. Saat jaksa Feritas menekankan bahwa Dulmatin adalah Yahya, Deni pun mengaku tidak tahu. "Yahya itu ya Yahya," ujarnya. 

Nakim mengaku mengenal Yahya dari seorang temannya, Warsito. "Waktu saya main di rumah Warsito, ada Ustad Yahya. Saya diajak diskusi soal agama," tutur Nakim.
 
Pertemuan dengan Yahya itu, menurutnya, terjadi beberapa kali sampai akhirnya ia diajak untuk berjihad. "Sekitar tiga kali, terus Yahya ngajak saya jihad ke Palestina. Saya mau," ucap Nakim.

Sementara Soyan Tsauri, saksi lainnya, mengakui bahwa dirinya berperan sebagai penjual senjata yang digunakan dalam pelatihan itu. Sofyan yang mantan anggota Brimob mengatakan, ia mendapatkan order dari Yahya untuk mencari senjata. "Dia memang bilang untuk latihan jihad ke Palestina di Aceh," ujarnya.
 
Ia mengaku menjual 28 senjata berbagai jenis, 19.999 butir amunisi serta 74 magazin. "Total harganya Rp 325 juta," ujarnya.

Ia mengatakan, pembelian senjata itu dilakukan dalam 17 kali transaksi. "Belinya satu satu, nggak sekaligus," tuturnya. Asal usul senjata itu pun diakuinya berasal dari rekan bisnisnya, Ahmad Sutrisno.
 
Awalnya, menurut Tsauri, ia berbisnis senjata mainan air soft gun dengan Sutrisno. "Tapi dia bilang bisa dapetin senjata beneran juga," kata Tsauri, yang akhirnya dipecat dengan tidak hormat dari kesatuannya.

Febriyan
Sumber :Tempointeraktif.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.

Cari Blog Ini