Buya Syafii: Tak Perlu Heran Republik Ini Penuh Lelucon
Senin, 10 Januari 2011 , 16:50:00 WIB
Laporan: Sugeng Triono
SYAFII MAARIF |
"Kenapa heran? Ini kan negeri yang penuh lelucon. Bukannya hal biasa yang seperti ini? Di negeri ini, di republik ini, tidak ada yang serius. Jadi kultur kepura-puraan perlu dilawan dan diakhiri bila negeri ini mau bertahan lama," kata mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif, usai pertemuan tokoh lintas agama dan beberapa aktivis lintas gerakan di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya, Jakarta (Senin, 10/1).
Buya Syafii juga menyoroti Parpol yang mengusung para pemimpin negeri dan kepala daerah, termasuk Jefferson.
"Memang itu peran Parpol, tapi Parpol tidak berperan. Mereka lebih memikirkan diri sendiri. Yang orang baik sekarang hanya kelompok kecil yang tenggelam dalam kultur pragamatis dan hedonisme," demikian Buya.[yan]
sumber : rakyatmerdeka.co.id. 10 Januari 2011
Berita terkait :
PELANTIKAN WALIKOTA TOMOHON
Aneh, 'Pendosa' Bersumpah Tidak akan Berbuat Dosa
Sabtu, 08 Januari 2011 , 18:38:00 WIB
Laporan: Zul Hidayat Siregar
ZAINAL ARIFIN MOCHTAR/IST |
Hal itu dikatakan Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gajah Mada Zainal Arifin Mochtar menanggapi pelantikan Jefferson Rumajar sebagai Walikota Tomohon di kantor Kementerian Dalam Negeri, kemarin (Jumat, 7/1).
Jefferson terpilih kembali untuk jadi Walikota dalam pemilihan kepala daerah, pada saat ia berstatus tersangka kasus korupsi dana APBD periode 2006-2008 dengan kerugian negara sekitar Rp 33,4 miliar.
Saat ini politisi Golkar itu sudah ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai terdakwa dan ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang.
"Karena ketika dia dilantik, dia mengucapkan sumpah, yang itu sebenarnya sangat sakral dan suci dalam sistem ketatanegaraan kita. Tetapi kan menjadi lucu ketika seorang 'pendosa' itu mengucapkan sumpah tidak akan melanggar hukum, sementara pada saat yang sama dia melanggar hukum," tegas Zainal dalam talkshow di Metro TV petang ini.
Zainal mengingatkan, orang yang sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK tidak pernah ada yang lepas. Kecuali, mantan Bupati Kutai Kertanegara Syaukani HR, yang mendapat grasi dari Presiden karena alasan kesehatan dan kemanusiaan.
Karena itu, kata Zainal, bagaimana mungkin dia akan memimpin daerahnya bila meringkuk di penjara. Apalagi, masih kata Zainal, pemimpin itu adalah yang menjadi penonton. Dia kembali mempertanyakan, masak orang yang melanggar hukum menjadi panutan. [zul]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.