Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Sabtu, 15 Januari 2011

Sabtu 15. of Januari 2011 11:50

Sebanyak 2.442 Gereja Dirusak

OLEH: HERU GUNTORO

Jakarta - Perusakan terhadap gereja mening­kat tajam sejak tahun 2004. Diperhitungkan ada sekitar 2.442 gereja dalam periode 2004–2010 yang mengalami gangguan berupa perusakan dan penutupan. Tidak hanya gereja, sarana tempat ibadah lain pun tak luput dari perusakan.
Sosiolog Universitas Indonesia, Tamrin Amal Tomagola Tamrin, melihat kasus perusakan rumah ibadah menjadi masalah tersendiri di pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia juga menilai, aparat keamanan pun seakan tidak berdaya melihat kearogansian sekelompok masyarakat yang tidak bisa menerima perbedaan.
“Mereka itu hanya sedikit dari umat muslim, dan peme­rintah semestinya dapat bertindak tegas,”  kata Tamrin di Jakarta, Jumat (14/1).
Tamrin menilai, walaupun SBY hanya menjalani pemerintahan kurang dari sepuluh tahun, ia tetap tidak berdaya menghadapi kasus intoleransi akan kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Sementara itu, menurut catatan Forum Kerukunan Kristiani Jakarta (FKKJ), ­jumlah gereja yang diganggu dalam tahun 2010 telah meningkat menjadi 47 kasus dengan jumlah yang paling banyak terjadi di wilayah pulau Jawa bagian Barat. Pada tahun 2009, FKKJ hanya mencatat ada sekitar sepuluh kasus gangguan atas gereja-gereja. Pada tahun baru lalu telah ­terjadi lonjakan sebanyak ­hampir lima kali lipat.
Tamrin menegaskan, semua permasalahan tersebut seharusnya bisa diselesaikan dengan dialog. “Jangan mengambil sikap apriori ­terhadap sesuatu dan terlebih lagi jangan pernah menutup pintu dialog dalam menghadapi masalah seperti itu,” kata Tamrin.
Penolakan terhadap pendirian rumah ibadah, papar Tamrin, juga bisa disebabkan karena adanya penafsiran yang salah akan ayat-ayat pada kitab suci. “Para tokoh agama pun mempunyai andil, jangan sampai mereka (tokoh agama) salah dalam menafsirkan ayat-ayat pada kitab suci,” katanya.
Ditemui di tempat yang sama, tokoh Kristiani John Palinggi menilai sudah saatnya gereja dapat memberikan ­kontribusi nyata terhadap lingkungan sekitar dalam ­bentuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ia menilai, ada sentimen ekonomi terhadap umat Kristiani, dan terkadang umat Kristen tidak menyadari hal itu.
“Coba masyarakat diberdayakan dari sisi ekonominya maka sentimen negatif pun akan lenyap,” ujar John. n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.

Cari Blog Ini