Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Kamis, 20 Januari 2011

Gelar Kehormatan untuk SBY

Rabu, 19 Januari 2011 | 03:37 WIB
KO M PA S / K H A E R U D I N
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diberi tongkat Tunggal Panaluan, simbol kepemimpinan dalam adat Batak, saat peresmian Museum Batak di Balige, Toba Samosir, Sumatera Utara, Selasa (18/1). Presiden dan Ibu Negara juga dianugerahi pakaian kebesaran adat dari enam sub-etnis Batak, yakni batak Toba, Mandailing, Angkola, Simalungun, Karo, dan Pakpak.
Balige, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diberi gelar kehormatan oleh Lembaga Adat Batak Angkola, Patuan Sorimulia Raja. Sementara, Ny Ani Yudhoyono mendapat gelar Naduma Harungguan Hasyangan. Pemberian gelar dilakukan di sela peresmian Museum Batak, di Balige, Toba Samosir, Sumatera Utara, Selasa (18/1).
Tak hanya gelar adat yang didapat Presiden dan Ibu Negara, enam puak (sub-etnis) Batak pun menganugerahi mereka pakaian kebesaran adat. Keenam puak Batak tersebut adalah Toba, Mandailing, Angkola, Simalungun, Karo, dan Pakpak.
Penggagas Museum Batak yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Hankam, Tiopan Bernhard Silalahi, mengatakan, Presiden Yudhoyono bukan diberi gelar Raja Batak sebagaimana diutarakan-dalam suatu unjuk rasa-sekelompok masyarakat baru-baru ini di Medan, ibu kota Sumatera Utara (Sumut).
”Gelar yang diberikan Lembaga Adat Batak Angkola secara khusus ini merupakan gelar kehormatan, yakni Patuan Sorimulia Raja bagi Presiden Yudhoyono. Gelar kehormatan ini biasa diberikan masyarakat adat kepada tokoh yang dihormati,” tambah Silalahi.
Pemberian gelar tersebut, lanjut Silalahi, didasarkan penghargaan yang tinggi terhadap Kepala Negara dan Ibu Negara. ”Apalagi, secara khusus Presiden sudah membuktikan perhatiannya terhadap wilayah Sumut, dengan diresmikannya Bandar Udara Silangit (Tapanuli Utara) dan Proyek PLTA Asahan I,” katanya.
Paduka Tuan
Patuan Sorimulia Raja merupakan gelar kehormatan tertinggi dalam adat Angkola Mandailing. Patuan artinya Paduka Tuan. Sori bermakna memberi kemakmuran, keteladanan, dan kenyamanan. Mulia artinya dihormati, sedangkan Raja berarti pimpinan dalam acara adat.
Gelar Naduma Harungguan Hasayangan merupakan gelar bagi istri atau permaisuri. Naduma artinya orang yang berkecukupan atau sejahtera. Harungguan berarti kesatuan, sedangkan Hasayangan artinya penyayang kepada sesama.
Pemberian pakaian kebesaran adat dari semua puak Batak dilakukan dalam upacara sederhana yang diiringi tarian tortor kolaborasi enam puak Batak. Mula-mula kepada Presiden dikenakan pakaian adat Batak Toba. Selanjutnya, lembaga adat puak Batak lainnya menyerahkan seperangkat pakaian adat yang disertai petuah bagi Presiden agar memimpin rakyatnya menuju kesejahteraan. Terakhir, Puak Angkola menyerahkan pakaian kebesaran adatnya dan gelar kehormatan tersebut.
Bekal kerja keras
Seusai upacara pemberian gelar, Presiden mengungkapkan, pemberian gelar ini menjadi bekal untuk bekerja lebih keras. ”Bagi saya, gelar dan pakaian kebesaran adat ini adalah kehormatan sekaligus dukungan untuk bekerja keras demi kesejahteraan rakyat, dan kemajuan bangsa dan negara, termasuk masyarakat Batak,” katanya.
Antropolog dari Universitas Sumatera Utara Prof Robert Sibarani mengakui, memang ada kontroversi seputar pemberian gelar adat terhadap Presiden. Namun, kontroversi itu muncul karena tidak semua masyarakat Batak mengetahui, bahwa gelar yang diberikan kepada Presiden itu bukan gelar Si Raja Batak.
”Gelar Si Raja Batak hanya milik leluhur orang Batak. Kan, tidak mungkin kami memberi gelar yang seharusnya milik leluhur orang Batak kepada orang Jawa. Gelar ini (yang diberikan Puak Angkola) hanya berupa nama saja. Sama seperti saya dinamakan Robert, apa harus saya menjadi orang Inggris untuk dapat nama itu,” kata Robert menjelaskan. (BIL)
Sumber : kompas.com. Kamis, 20 Januari 2011 


Terkait :
Gelar Raja Batak tidak pantas untuk SBY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.

Cari Blog Ini