Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Kamis, 20 Januari 2011

Budayawan Batak: Tak Mudah Beri Marga dan Gelar ke Seseorang

Kamis, 20/01/2011 10:01 WIB
Budayawan Batak: Tak Mudah Beri Marga dan Gelar ke Seseorang 
Moksa Hutasoit - detikNews



Jakarta - Di dalam adat batak, tidak mudah untuk memberikan seseorang sebuah gelar. Sebelum mendapat gelar, orang tersebut haruslah mendapat marga terlebih dahulu.

"Bukan hal yang mudah bagi seseorang untuk mendapatkan gelar, sebelum pemberian gelar seharusnya diberi marga terlebih dahulu," ujar budayawan Batak, Mangatas Pasaribu, saat berbincang dengan detikcom, Kamis (20/1/2011).

Mangatas menjelaskan, pemberian marga adat batak merupakan sesuatu yang besar, sakral, dan biasanya bakal diadakan pesta. "Ada pesta yang besar dan ada yang kecil, tergantung orangnya," lanjut Mangatas.

Sebelum pemberian marga, seharusnya sudah ada orangtua yang nantinya akan mengangkat orang itu sebagai anaknya. Setelah itu, keluarga dalam satu keturunan harus duduk bersama untuk menyetujui pemberian marga ini.

"Harus dibicarakan, dia akan jadi anak ke berapa, barulah digelar pesta," papar Mangatas.

Setelah mendapat marga, orang tersebut baru bisa mendapat gelar atau penghargaan. Namun yang harus diperhitungkan adalah sejauh mana sumbangsih orang tersebut terhadap marga atau budaya batak.

Setelah mendapat gelar pun, ada konsekuensi yang harus dilakukan. Jika ada pesta, orang ini harus menghadirinya. Dia harus siap menghadirinya, mewakili marga yang sudah didapat.

"Dan proses ini adalah sesuatu yang sangat terhormat di adat batak," tandasnya.

Saat mengunjungi Sumatera Utara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapatkan gelar Patuan Sorimulia Raja. Pihak istana membantah jika presiden saat itu juga diberi marga.

Sebelumnya diberitakan bila SBY mendapat gelar kehormatan dari Lembaga Adat Batak Angkola. Selain dapat gelar kehormatan, SBY juga mendapat 'nama tambahan' Siregar. Sedangkan Ibu Ani Yudhoyono mendapat Pohan.

Tambahan nama baru itu dijelaskan dalam rilis yang diterima wartawan dari panitia melalui Biro Pers Istana. Penganugerahan gelar itu dilakukan di Museum Batak, Desa Pagar Batu, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumut.

Dituliskan dalam rilis itu, 'Gelar kehormatan SBY, Dr H Susilo Bambang Yudhoyono Siregar, gelar Patuan Sorimulia Raja'. Patuan artinya, gelar kehormatan tertinggi Batak Mandailing, dalam bahasa Indonesia artinya Paduka Tuan. Sori artinya memberikan kemakmuran, keteladanan dan kenyamanan. Mulia artinya dihormati atau dimuliakan. Raja artinya pimpinan dalam acara adat.
(mok/lrn)
Sumber : detikNews /Kamis, 20 Januari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.

Cari Blog Ini