Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Kamis, 17 Maret 2011

Teror Bom Buku (2)

Kamis, 17/03/2011 13:13 WIB
Teror Bom Buku (2)
Teroris Ingin Bilang Jangan Macam-macam dengan Kami 
Deden Gunawan,M. Rizal
 Teroris Ingin Bilang Jangan Macam-macam dengan KamiJakarta - Dodi Rahmawan pasti tengah resah. Tangannya sekarang tinggal satu saja. Tangan kiri Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur itu harus diamputasi. Tangan itu luka parah karena bom yang ia jinakkan meledak.

Beberapa kalangan menyebut Dodi ceroboh karena berani-beraninya menjinakkan bom tanpa menunggu tim Gegana datang ke Utan Kayu, tempat paket bom buku untuk Ulil Abshar Abdala dituju. Tapi bisa jadi Dodi apes. Menjinakkan bom bukan pertama kali dilakukan Dodi. Sebelum menjinakkan bom buku untuk Ulil, Dodi pernah menjinakkan bom di kampus UKI.

Selasa (16/3/2011), setelah dua jam Gegana tidak kunjung datang, Dodi berinisiatif menjinakkan bom yang dibungkus dengan buku berjudul 'Mereka Harus Dibunuh karena Dosa-Dosa Mereka terhadap Islam dan Kaum Muslim'. Saat itu jam menunjukkan pukul 15.30 WIB, dengan arahan lewat telepon, Dodi mulai menyentuh paket bom.

Langkah pertama Dodi mengeluarkan buku lalu menyiramnya dengan air hingga basah kuyup. Ia lalu merobek-robek halaman buku dengan cutter. Begitu Dodi ingin mencongkel baterai yang terselip di dalam buku tiba-tiba terdengar ledakan. Dodi pun langsung tersungkur dengan tangan kirinya bersimbah darah. Pergelangan tangan Dodi putus karena ledakan itu.

Paket bom itu diterima resepsionis Kantor Berita Radio 68H (KBR68H) pukul 10.00 WIB.  Baru pada pukul 13.00 WIB, paket itu diserahkan kepada juru bicara Komunitas Utan Kayu, Saidiman (30). Paket itu dilengkapi selembar surat untuk Ulil Abshar Abdala, mantan Ketua Jaringan Islam Liberal (JIL).

Di paket itu tertulis permintaan memberikan kata pengantar buku dan interview. Pengirimnya adalah Drs Sulaiman Azhar, Lc, nomor telepon 08132220579, beralamat di Jalan Bahagia Gg Pancer No 29 Ciomas, Bogor. Saidiman melaporkan paket mencurigakan tersebut polisi pada pukul 13.30 WIB.

Rupanya teror bom, Selasa itu tidak berhenti di Utan Kayu. Malam harinya kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) dan rumah Ketua Umum Partai Patriot Yapto Soerjosoemarno yang jadi sasaran. Hanya saja judul buku yang dikirim ke rumah Yapto berjudul
'Masih Adakah Pancasila?'. Sementara buku yang dikirim ke BNN judulnya sama dengan yang di Utan Kayu. Lalu Kamis (17/3/2011), giliran bos Republik Cinta Management (RCM) Ahmad Dhani dikirimi paket bom buku. Buku yang dikirimkan ke Ahmad Dhani tersebut berjudul 'Yahudi Militan'.

Rangkaian paket bom buku ini terang saja membuat terkejut banyak kalangan. Sebab bom buku ini bisa dibilang tergolong unik untuk Indonesia. Karena belum ada teror bom model seperti ini.

Kabareskrim Mabes polri Komjen Pol Ito Sumardi mengatakan, Densus 88 saat ini sedang melakukan penyelidikan. Setelah diketahui siapa pengirimnya, maka akan dilakukan pengejaran. "Kasus ini (bom buku) diserahkan kepada ahlinya yaitu Densus 88. Saat ini mereka sedang melakukan penyelidikan dan pengembangan. Jadi mohon bersabar,' pinta Ito.

Saat ini belum diketahui siapa pelaku pengirim bom buku itu. Tapi dugaan besar pelakunya kelompok yang sama terkait jaringan terorisme lama. "Saya duga jaringan teroris lama. Pemainnya baru tapi tetap otaknya jaringan lama," kata pengamat terorisme Hermawan Sulistyo.

Kiki, panggilan akrab Hermawan yang pernah menjadi investigator Bom Bali itu, yakin jaringan teroris masih eksis meskipun gembong teroris seperti dr Azahari, Nordin M Top dan Dulmatin sudah tewas. "Sekarang memang nggak ada pemimpinnnya. Sekarang itu lepas lepas. Yang menyatukan mereka nilai atau keyakinan yang mereka anggap benar," kata Kiki.

Bila aksi teroris saat ini berubah mengincar individual dengan bom kecil menurut Kiki itu karena saat ini sulit mendapatkan bahan peledak dan kesulitan dana.

Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai juga menduga pelaku merupakan jaringan teroris lama. Ulil sejak 2005 pernah menjadi target kelompok Islam garis keras, bahkan ia juga diberi vonis "mati" oleh kelompok tersebut. Maklum  Ulil selama ini kondang sebagai Koordinator Jaringan Islam Liberal (JIL) sangat bertentangan dengan gerakan para teroris.

"Adapun Japto menjadi target, karena ia adalah pemimpin organisasi kepemudaan yaitu Pemuda Pancasila, yang berjuang mempertanhankan Pancasila. Dia dijadikan target utama untuk melepaskan ideologi itu," kata Ansyaad.

Sedangkan Gories Mere jelas, karena sejak perstiwa Bom Bali I, dia berupaya mengungkap dan membongkar jaringan kelompok mereka. Nah orang-orang inilah yang dianggap Ansyaad, sangat menghambat gerakannya.

Tapi Ulil tidak yakin bom buku itu ada kaitannya dengan aktivitasnya di JIL. Alasannya, selama 10 tahun ia bergerak di bidang pemikiran Islam di JIL, tidak pernah ada kejadian seperti ini. "Saya duga bom tersebut ada kaitannya dengan  posisi saya di Partai Demokrat (PD). Bisa saja ada yang tidak senang dengan pernyataan saya soal reshuffle," ujar Ulil.

Nasir Abbas, mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah (JI) menyatakan, teror bom buku masih terkait jaringan terorisme sebelumnya. Menurut Nasir, jaringan teroris di Indonesia saat ini memang sudah acak-acakan. Tapi masalahnya, aksi teroris ini bisa digerakan 2-3 orang bisa jalan.

Saat ini kelompok teroris menghindari melibatkan banyak orang. Dan bukan pula dengan  menggunakan bom buku, dana mereka dikatakan cekak. Tapi cara ini hanyalah sebagai pesan saja.

"Seperti di dalam teori perang, untuk melemahkan musuh, bukan membunuh mati sebanyak-banyaknya musuh, tapi bagaimana membuat musuh terluka sebanyak-banyaknya. Karena itu akan berdampak lebih hebat yaitu traumatik, ketakutan," terangnya.

Adapun pesan yang ingin disampaikan, lanjut Nasir, pertama, untuk menunjukan bahwa mereka masih eksis. Kedua, ingin mengatakan, jangan macam-macam dengan kami, karena ini masih kecil. Ketiga untuk menebar ketakutan kepada para pejabat dan tokoh-tokoh.

(ddg/iy
Sumber:Detiknews.com/ Kamis, 17/03/2011 13:13 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.

Cari Blog Ini