Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Kamis, 17 Maret 2011

Teror Bom Buku (4)

Kamis, 17/03/2011 16:52 WIB
Teror Bom Buku (4)
Teroris Masih Punya 500 Ahli Bom Aktif  
M. Rizal - detikNews


Teroris Masih Punya 500 Ahli Bom Aktif

Jakarta - Timah panas yang dimuntahkan sejumlah pasukan polisi yang tergabung di dalam Detasemen Khusus (Densus) 88, akhirnya merenggut nyawa gembong teroris yang paling dicari di Indonesia, Nordin M Top pada September 2009. Nordin tewas dalam sebuah penyerbuan Tim Densus 88 di sebuah rumah warga di Kampung Kepuhsari, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah.

Terhitung enam bulan kemudian, tanggal 9 Maret 2010, salah satu tokoh teroris yang paling dicari, Dulmatin juga tewas dalam penggerebekan di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. Jauh sebelumnya, tokoh teroris nomor satu di Indonesia, perancang aksi-aksi terror bom Dr Azhari bin Husain lebih awal tewas ditembak dalam penggerebekan polisi di kawasan Batu, Malang, Jawa Timur tanggal 9 Nopember 2005.

Selain itu, kepolisian Indonesia juga telah menangkapi sejumlah pelaku terror bom, bom Bali I dan II, bom Kedubes Australia, bom Hotel JW Marriot I dan II, serta Hotel Ritz Carlton. Dengan tewasnya satu persatu gembong teroris Indonesia dan para pelaku bom lainnya ditangkapi. Pelaku bom Bali Imam Samudra, Amrozi dan Muklas pun sudah dieksekusi.

Lalu bagaimana kabar jaringan teroris di Indonesia saat ini? Apakah mereka benar sudah tiarap dan tidak memiliki kekuatan lagi? Ternyata tidak, teroris terbukti masih gentayangan. Bila sebelumnya bom ditujukan ke gedung-gedung yang punya kaitan
dengan Amerika Serikat (AS) dan dilakukan dengan cara bunuh diri, kali ini bom ditujukan pada perorangan yang dikirim dalam paket yang disertai buku.

Dalam pekan ini empat figur dikirim paket bom buku. Mereka yakni Koordinator Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdala, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Gories Mere, Ketua Pemuda Pancasila Japto Soerjosoemarno dan bos Republik Cinta Management Ahmad Dhani.

Mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah, Nasir Abbas yang kini aktif menjadi pengamat terorisme menilai jaringan teroris memang sudah acak-acakan tapi jaringan itu masih hidup. Siapa pemimpinnya setelah para gembong teroris tewas, Nasir tidak tahu. Tapi mereka masih akan beraksi untuk memberikan pesan bahwa mereka masih eksis dan siap melancarkan teror baru.

"Soal jaringan teroris di Indonesia saat ini memang sudah acak-acakan. Aksi teroris ini bisa digerakan hanya dua atau tiga orang bisa jalan. Saat ini pimpinan selalu berubah-ubah. Ditangkap satu, muncul orang lain" kata Nasir.

Pengamat terorisme LIPI Hermawan Sulistyo mengungkapkan teroris belum habis, masih ada sekitar 1.500 orang ahli merakit bom. Dari jumlah itu sekitar 500 orang masih aktif di jaringan teroris.

"Anda jangan lupa fakta hukum jumlah orang yang ditangkap, diperiksa, dipenjara terkait terorisme jumlahnya total 600 lebih. Kini mereka banyak yang sudah dilepas lagi karena masa hukuman habis. Jadi 600 orang itu fakta hukum mereka yang ditangkap, belum teman-temannya, keluarganya dan lain-lain," kata Kiki, sapaan akrab Hermawan, yang terlibat dalam investigasi bom Bali.

Data Kiki kemungkinan besar benar karena terpidana bom Bali Ali Imron alias Ale juga pernah menyatakan hal serupa. Kata Ale, banyak ahli merakit bom seperti dirinya di Indonesia. "Banyak putra Indonesia yang ahli merakit bom yang menimbulkan ledakan dahsyat," kata Ale yang hingga kini masih menjalani hukuman seumur hidup itu.

Meski gembong teroris sudah tewas, kita tidak boleh lengah. Karena jaringan teroris selama ini bukan merupakan organisasi yang gampang hancur bila pemimpinnya tewas. "Nah itu yang selama ini salah. Jaringan ini bukan organisasi. Ini sekumpulan orang yang percaya bahwa mereka memperjuangkan nilai-nilai kebaikan. Hal yang baik menurut mereka dan Tuhan dilibatkan. Ini bukan perang agama, ini bukan organisasi, ini keyakinan tentang nilai yang dianggap benar," tegas Kiki.

Pengamat politik Islam Dr Yon Machmudi, yang dosen Program Studi Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (UI), berpendapat meski sudah terjepit, jaringan teroris ini terus mencari celah untuk merekrut kader-kader potensial. "Tren sekarang pelakunya kan masih mudah-muda dan hampir tidak memiliki keterkaitan dengan persoalan konflik historis masa
lalu," kata Yon.

Bila sekarang teroris mengincar perorangan dan tidak lagi membuat bom yang dahsyat, hal tersebut memang merupakan stategi mereka. Kiki menganalisis aksi teroris sekarang kembali ke pola teroris seperti yang terjadi pada tahun 1970-1980 an. Hal itu dilakukan karena saat ini mencari bahan peledak sangat sulit dan cekaknya dana yang dimiliki.

Namun Nasir tidak setuju teror bom buku yang menyasar perorangan akibat cekaknya uang. Bagi Nasir, saat ini kelompok teroris memang sengaja menghindari pelibatan banyak orang. Walau terpencar dalam kelompok lebih kecil dan acak-acakan, menurut Nasir, bukan berarti dana untuk aksi mereka dikatakan cekak (minim).

"Bukan berarti mereka menggunakan bom buku, dana mereka dikatakan cekak, karena hanya menggunakan bom kecil, tidak. Tapi ini ingin ebuat sebuah efek dari terror kali ini, ada pesan yang ingin disampaikan. Pesannya mereka masih eksis dan ingin mengatakan agar jangan macam-macam pada kami," ujar Nasir.

Sementara Yon mengingatkan kemungkinan adanya kelompok yang menumpang dari isu terorisme. Yang harus diwaspadai saat ini adalah berkembangnya kelompok yang punya tugas merakit bom untuk melayani berbagai pesanan kepentingan.

"Untuk berbagai kepentingan orang mudah saling kirim bom atau penembak misterius. Apapun motivasi dari pengirim bom, hal yang
harus dipahami adalah munculnya berbagai bentuk intimidasi dan terorisme itu kan ketika penguasa lemah dan mulai ada semacam penurunan legitimasi pemerintah," kata Yon.

Pengamat intelijen AC Manullang lebih menekankan teror bom buku menunjukan pihak intelijen dan keamanan kebobolan serta teledor. Selain itu, masih banyaknya anggota teroris di Indonesia disebabkan tidak adanya kontrol terhadap aktivitas orag
yang diduga teroris. Kontrol yang dimaksudkannya adalah UU Subversif, seperti diera pemerintahan sebelumnya.

Yon Machmudi menilai perlunya program deradikalisasi  dengan melibatkan berbagai segmen masyarakat dan tokoh-tokoh agama. Pemerintah harus berwibawa dan tidak memunculkan celah bagi upaya-upaya untuk melakukan perlawanan atas nama apa pun. Pemerintah harus serius menangani para veteran yang dianggap terlibat aksi-aksi terorisme di Indonesia.

(zal/iy)
Sumber : detikNews /kamis, 17 Maret 2011
http://www.detiknews.com/read/2011/03/17/165225/1594718/159/teroris-masih-punya-500-ahli-bom-aktif?nd991103605

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.

Cari Blog Ini