Mengenai Saya

Foto saya
Shio : Macan. Tenaga Specialist Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar. Trainer Surveillance Detection Team di Kedutaan Besar Negara Asing. Pengajar part time masalah Surveillance Detection, observation techniques, Area and building Analysis, Traveling Analysis, Hostile surveillance Detection analysis di beberapa Kedutaan besar negara Asing, Hotel, Perusahaan Security. Bersedia bekerja sama dalam pelatihan surveillance Detection Team.. Business Intelligence and Security Intelligence Indonesia Private Investigator and Indonesia Private Detective service.. Membuat beberapa buku pegangan tentang Surveilance Detection dan Buku Kamus Mini Sureveillance Detection Inggris-Indonesia. Indonesia - Inggris. Member of Indonesian Citizen Reporter Association.

Minggu, 20 Maret 2011

TEROR BOM

BOM BUKU
Kepala BNPT Jelaskan Mengapa Kelompok Lama Masih Jadi Tersangka Utama
Sabtu, 19 Maret 2011 , 14:37:00 WIB

Laporan: Aldi Gultom


ILUSTRASI
  
RMOL. Bangsa Indonesia baru menyadari terorisme hidup di Tanah Air setelah bom Bali I meledak tahun 2002. Padahal beberapa tahun sebelumnya aktivitas terorisme terlihat nyata di beberapa fenomena seperti pada Bom Malam Natal.

"Supaya kita tak bingung, kita harus lihat bingkainya. Kalau dibilang sejak 2002 (terorisme ada) itu tidak betul. Mulai 1998 kan Masjid Istiqlal sudah dibom. Tapi itu kan awalnya, meski bukan berbentuk Jamaah Islamiyah," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulan Terorisme Irjen Ansyaad Mbai saat mengisi diskusi  "Setelah Bom Buku Terbitlah Isu" di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (19/3).

Pada saat itu, masjid jadi sasaran, agar semua orang berpikir pelakunya bukanlah penganut Islam, melainkan agama lain.

"Masjid dibom semua orang waras takkan berpikir bahwa muslim yang membom. Kita ingat, terus gereja dibom pada malam Natal, seolah itu aksi balasan. Padahal itu-itu juga (pelakunya)," tegasnya.

Saat itu pula, masyarakat belum menyebut aksi-aksi peledakan sebagai tindakan kriminal biasa. Baru setelah Bom Bali I meledak tahun 2002 dan Imam Samudra Cs tertangkap sesudah itu, masyarakat mengenal istilah terorisme yang terungkap di pengadilan.

"Di tahun selanjutnya ada bom Marriot pertama dan pelakunya itu-itu juga. Terungkap dan terulang lagi bom Kedubes Australia. Maksud mereka itu permalukan pemerintah," ungkapnya.

Karena itu, Ansyaad menekankan, publik tidak usah dibingungkan dengan berbagai analisis yang ngawur soal rangkaian teror bom paket belakangan ini.

"Kita berangkat dari realitas, jangan analisis enggak karuan, nanti masyarakat bingung. Dari realitas ini, gerakan yang perjuangkan agama. Bahwa sekarang ini Islam ini sedang terus dihajar aparat, muncullah musuh itu: Barat dan Yahudi. Kita hubungkan dengan target-target sekarang itu ketemu benang merahnya," paparnya.

"Semua target itu punya benang merah. Mereka dianggap kafir yang wajib diperangi, karena ideologi mereka (teroris) ingin dirikan khilafah. Kita pernah ada Negara Islam Indonesia. Siapapun yang menghambat itu, musuh dan harus diperangi. Mereka tidak mau disebut teroris, karena mereka mengaku diperintah Allah. Orang seperti itulah yang kita hadapi," pungkasnya.[ald]
Sumber;Rakyatmerdekaonline.com/Sabtu, 19 Maret 2011 , 14:37:00 WIB
http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=21556

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar, masukan yang sifatnya membangun blog ini.

Cari Blog Ini